Pak Sujud juga menjadi dosen pembimbing skripsi saya. Pak Sujud sangat ramah, suka tersenyum. Dia juga begitu cuek dalam soal penampilan, kadang bagian belakang sepatunya diinjak dengan tumitnya, jadi mirip sepatu sandal.
Yang tidak pernah saya lupakan dari Pak Sujud adalah cerita-cerita lucunya. Saya menduga, dia punya cukup banyak koleksi buku kumpulan humor. Hampir di tiap kuliahnya, selalu saja ada lelucon yang membuat suasana kelas jadi begitu cair.
Cerita-cerita lucu Pak Sujud sangat beragam: dari humor mahasiswa, humor umum, sampai humor dewasa. Dia juga pernah menggelari sebuah merek sabun sebagai "sabune babu" (sabunnya pembantu). Saya menceritakan istilah "sabune babu" itu kepada nenek saya suatu hari, waktu nenek saya baru saja membeli sabun itu untuk mandi. Nenek saya tertawa-tawa mendengar istilah "sabune babu".
5. Pak Soepratignyo
Pak Soepratignyo -- panggilannya Pak Pratig -- juga dosen saya di Universitas Negeri Malang. Seingat saya, dia pernah mengajar mata kuliah Sejarah Asia Selatan dan Geohistori. Saya tidak banyak mengingat pelajaran-pelajaran Pak Pratig, tapi sampai sekarang masih mengingat wawasannya yang sangat luas.
Bila Pak Pratig sudah berdiri di depan kelas, semua mahasiswa tenang. Dia sangat pandai bercerita, juga menghapal banyak sekali fakta sejarah yang saling berkaitan. Saya pernah berpikir kalau dia adalah ensiklopedi sejarah yang bisa berjalan.
Hal yang masih saya ingat dengan jelas adalah ketika Pak Pratig mengangkat isu terorisme pada tahun 2001. Saat itu menteri senior Singapura, Lee Kuan Yuw, menyatakan bahwa Indonesia adalah sarang teroris. Banyak pihak yang saat itu tidak setuju dengan pernyataan sang menteri. Pak Pratig, saya masih ingat betul, tidak menyatakan setuju atau tidak. Dia hanya mengajak para mahasiswanya untuk menilik sejarah dan melihat apa yang terjadi di kemudian hari.
Hal lain yang tak terlupakan dari Pak Pratig adalah kesukaannya merokok Gudang Garam saat menjelaskan materi perkuliahan. Sekali berdiri di depan kelas, Pak Pratig bisa menghabiskan 2-3 batang rokok. Pernah, suatu ketika rokoknya habis saat dia ada di depan kelas, lalu dia meminta tolong seorang mahasiswanya membelikannya rokok.
***
Demikianlah sekilas kisah lima orang guru yang paling mengesankan dalam hidup saya. Ada kalanya saya ingin kembali duduk, mendengar, dan menyimak lagi apa yang mereka ajarkan atau sampaikan di depan kelas. Saat-saat diajar oleh mereka dan mendengarkan mereka adalah saat-saat yang berharga.
Masih ada beberapa guru lain yang meninggalkan kesan tersendiri dalam ingatan saya. Namun, ingatan tentang mereka tak sebanding dengan ingatan saya akan kelima guru ini. Saya sudah tidak pernah lagi bertemu dengan mereka bertahun-tahun. Dari kelima guru ini, hanya Pak Sujud yang saya tahu masih mengajar. (*)