Mohon tunggu...
Sica Harum
Sica Harum Mohon Tunggu... -

(Eks) pekerja media yang kini masih terus menulis dan belajar. Kini berkarya lewat arkea.id, berkecimpung dalam bidang kehumasan, layanan konten dan penerbitan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

(Mencari) Nasi Jamblang Rasa Cirebon

4 Juli 2017   10:58 Diperbarui: 4 Juli 2017   12:29 1668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di hari ke empat, saya ketemu juaranya: Nasi Jamblang di Jalan Prujakan.

Letaknya tidak terlalu jauh dari Stasiun Cirebon Prujakan. Ikuti saja jalan satu arah di depan stasiun, sampai mentok, lalu belok kanan, dan langsung belok kanan lagi masuk ke Jalan Prujakan.

Jika kamu sampai di jalan itu sesaat setelah Maghrib, insyaAllah bakal ada terpal plastik biru di sisi kiri jalan. Nasi jamblang ini memang tak punya merek apa-apa. Penandanya hanya terpal plastik dan biasanya ramai pembeli. Yang makan di sana, beragam. Mulai dari mandor dan  kernet truk, tukang becak, serta warga sekitar.

Penjualnya, dua lelaki yang tak banyak bicara. Yang satu meladeni makanan, dan cekatan menghitung apa yang kita beli (tanpa kalkulator). Yang satunya lagi sigap mengisi gelas-gelas dengan air teh tawar hangat.

Nasi yang berukuran kecil --habis dalam 4 kali suapan- dibungkus daun jati. Lelaki itu akan membuka bungkusan, meletakkannya di atas piring. Biasanya pembeli meminta dua atau tiga bungkus sekaligus, untuk sekalian dilahap bersama lauk pauk.

Malam itu kami datang bertiga. Saya, bersama yang lainnya, makan dalam diam. Tak ada yang sibuk selfie. Semuanya fokus dengan piring beralas daun jati, sesekali mengobrol pelan.

Saya khusyuk mengunyah, dan merasakan pedas yang padu dengan sayur tahu. Sekaligus menyuapi si bocah yang tumben-tumbenan mau nongkrong di pinggir jalan buat makan nasi jamblang.

Malam itu pertama kalinya si bocah mau nyoba. Sebelumnya ia kesal betul kalau diajak makan Nasi Jamblang. Malam itu, pertama kali ia melahap habis nasi dan lauk yang ia pilih sendiri: dua perkedel, sate telur puyuh, dan usus ayam digoreng garing.

Dari empat yang sudah dicoba, ini  sungguh-sungguh yang terbaik. 

Meski berjualan di trotoar, tempatnya terang dan resik. Meski kamu bicara dalam Bahasa Indonesia (dan bukan bahasa Jawa Cirebonan) harganya tetap harga lokal. Kami makan bertiga, dalam takaran kenyang dan puas, hanya Rp27 ribu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun