Mohon tunggu...
Sica Harum
Sica Harum Mohon Tunggu... -

(Eks) pekerja media yang kini masih terus menulis dan belajar. Kini berkarya lewat arkea.id, berkecimpung dalam bidang kehumasan, layanan konten dan penerbitan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

(Mencari) Nasi Jamblang Rasa Cirebon

4 Juli 2017   10:58 Diperbarui: 4 Juli 2017   12:29 1668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasi jamblang mirip angkringan atau heik, karena memang ada di pinggir jalan sebagai makanan kaki lima. Kalau makan di ruko gitu kok rasanya kurang pas. Namun Nasi Jamblang mirip warteg, jika dilihat dari sisi varian lauknya.

Nasi Jamblang memang disajikan untuk mereka yang butuh makan. Jadi konsepnya bukan nongkrong berlama-lama, apalagi sambil wifi-an. Konsepnya: datang, pilih lauk, makan, pulang. Ya bisa lah, sembari ngobrol sedikit.

Nah, kalau kamu datang ke penjual nasi jamblang, dan nasinya disimpan di termos nasi, tinggalkan saja.  Cari yang memang menjual nasi dalam bungkusan daun jati, karena seperti itu lah yang sesungguhnya kamu cari. Harumnya pun beda.

Kemudian, pelengkap nasi yang sudah standar harus ada ialah sambal. Warnanya merah, berupa rajangan cabai yang menggiurkan. Lalu kamu juga wajib memilih sayur tahu sebagai teman nasi, tempe dengan kedelai besar yang digoreng garing, serta perkedel.

Tambahan protein bisa didapat dari tongkol. Ada juga cumi tinta hitam. Paru yang digoreng kering,  sate kentang, sate telur puyuh, atau sate usus juga bisa dijadikan lauk.

Biasanya, setiap penjual Nasi Jamblang punya lauk yang jadi jagoan. Kalau kamu pergi ke berbagai penjual nasi jamblang, pasti bisa merasakan beda rasa sayur tahunya.

Ala Warga Lokal


Sebagai orang yang pernah menetap di Cirebon selama 10 tahun, saya cukup akrab dengan nasi jamblang.  Jadi saya biasa melahap lauk pauk khas nasi jamblang saat makan siang, ketika mama tak sempat memasak. (Ia anggota Dharma Wanita yang sibuk dan punya karier main tenis di kompleks, hehehe).

Dulu, penjual nasi jamblang juga menjual marus . Itu haram buat orang Muslim. Karena terbuat dari darah ayam yang dibekukan. Tapi dulu, tahun 80-an, kayanya banyak yang jual. Saya juga sempat kok makan, sekali. Rasanya seperti ati. Tapi itu cuma sekali, dan tak pernah lagi. Gara-gara kemudian saya tahu bahwa marus terbuat dari darah. Ewwh, saya geli banget ama darah.

Nah, atas nama nostalgia- dan karena pada dasarnya saya memang suka makan- maka kami berburu nasi jamblang. Sejak hari pertama liburan di Cirebon, setiap hari kami berburu satu nasi jamblang pinggir jalan.

Di kalangan para turis, Nasi Jamblang Ibu Nur atau Mang Dul mungkin sudah menjadi tujuan wajib. Tapi, jika kamu ingin melengkapi pengalaman itu dengan ambience yang khas dari Cirebon, datanglah ke penjaja nasi jamblang tenda di pinggir jalan.

Umumnya, penjual nasi jamblang yang banyak berjualan di trotoar-trotoar di Cirebon,  datang langsung dari Desa Jamblang. Desa itu bisa dicapai sekitar satu jam perjalanan menggunakan mobil dari Cirebon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun