.
.
Setelah buih berlalu.....
Semua kembali...
Kembali seperti semula... tak ada yang berubah
Angin tetap menusuk...
Matahari tetap menyengat...
Tanah tetap diam, air tetap mengalir...
Seolah tak pernah terjadi...
Tak ada bekas... tak ada yang membekas...
Hari-hari akan berjalan seperti biasa...
Seperti biasa...
Tangis air mata tetap mengucur sebagaimana hujan yang tetap turun
Merah wajah tetap membara sebagaimana api yang tetap membakar
Korupsi dan gila tetap merajalela...
Fitnah dan hujat tetap menjerat...
Maksiat tetap merambat, begal tetap meingal-ingal...
Begitulah... meski tak mestinya begitu...
*(Yai Baelah, Setelah Buih Berlalu, 5 Desember 2016)Â Â
>
>
Buih itu.....
(Syair Akhir Zaman)
Dalam sepi aku sendiri
Menghibur hati yang lagi sedih
Menyaksi laut tak bertepi
Riak putih mengggumpal buih
Datang pergi setiap hari
Sekejap mata menyenang hati
Enggan singgah tak lama pergi
Meninggalkan diri tetap sunyi
Berkerumun semut merasa gula
Kesana kemari seolah suka
Nikmati manis sejuta rasa
Tinggal hampah dibuang sepah
Sejuta ibarat buih
Senampan ibarat permen
Banyak tak menjadikan berarti
Cuma teman bermental cemen
Di akhir zaman suatu hari nanti
Sudah diperingatkan oleh nabi
Mereka banyak bagaikan buih
Terombang ambing tak tentu diri
Di suatu hari diakhir zaman
Diperebutkan ingin menjadi teman
Banyak harap dan janji musiman
Cuma penyedap mata ibarat taman
*(Yai Baelah, Syair Akhir Zaman, 4 Nopember 2016)Â
*Syair Akhir Zaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H