Mohon tunggu...
Michael Siahaan
Michael Siahaan Mohon Tunggu... Jurnalis - Berpikir, bekerja, bersahaja.

Apa guna membaca tanpa menulis?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lahirnya 17 "Paus Pembunuh Kerdil"

7 Juni 2016   22:10 Diperbarui: 4 April 2020   14:29 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setelah Corallium. Kulit Hitam. Haha.. (Dokumentasi MDC dan pribadi)

    Ditambah teriakan dukungan dari para senior, membuat semuanya semakin lancar. Ternyata tidak sulit!

    Kemudian, tibalah saatnya tes kedua, wawancara. Calon anggota baru diwawancara oleh para anggota MDC dengan baju-baju biru kebanggaan mereka.

    "Aku harus bisa memakai itu juga," inginku dalam hati.

    Wawancara dibagi dalam beberapa pos. Tanpa kami duga, di pos terakhir, terjadi eskalasi tekanan. Para senior itu memberikan terapi kejut dengan membentak-bentak calon anggota. Tidak ada yang senyum di sana, yang ada hanya muka ketakutan bersama mata-mata yang melotot.

    Namun itu belum seberapa. Pada uji rekrutmen ketiga, yang disebut Pendidikan Akademis Penyelaman (PAP), suasana benar-benar berubah.

    Hampir tidak ada orang berbaju biru yang tersenyum, kecuali mereka yang mengurus makanan dan minuman. Pada tahap PAP ini, kami dibekali dengan teori-teori selam mulai dari peralatan, fisika penyelaman sampai risiko-risikonya. Semua disajikan dengan satu syarat: tidak boleh ada yang tidak disiplin ketika mendengarkan materi.

    Berbekal alasan ada yang tidak serius mendengarkan penjelasan para pemateri, di sela dan akhir acara kami terkena getahnya. Panitia seleksi marah dan menghukum kami secara fisik, push up, sit up.

    Gerutuan mulai terdengar. Hari pun gelap. Walau ini masih tahap ketiga, calon anggota bertumbangan. Dari 80-an orang pendaftar dan mengikuti seleksi, tersisa hanya setengahnya.

Kolam

    Selanjutnya, kami memasuki tahap keempat, Latihan Keterampilan Kolam (LKK) yang akan berlangsung selama empat hari di mana dalam empat hari itu kami tidak pernah melihat cerahnya matahari dari kamar kos.

    Sebab, kami harus datang pagi sekali dan pulang usai maghrib. Tahap ini pun menyajikan banyak kejutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun