Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manusia Penggonggong

16 Januari 2025   19:28 Diperbarui: 16 Januari 2025   19:28 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukankah itu yang kau lakukan sekarang?" balas suara itu tajam. "Kau menghakimi kami, menghakimi manusia lain, bahkan, menghakimi dirimu sendiri."

Mendengar itu, tangan keriput Pak Tua yang memegang tulang mendadak gemetar. Ia menatap anjing-anjing itu lagi, kali ini dengan pandangan berbeda. Apa benar aku sedang menghakimi? pikirnya.

"Kau berjalan ke pasar dengan lentera menyala di siang bolong mencari manusia, tetapi apa yang kau temukan? Cermin. Kau melihat kebusukan manusia, padahal sebenarnya itu pantulan dari kebusukanmu sendiri."

Pak Tua tersentak. Ia tidak pernah berpikir seperti itu sebelumnya. "Aku telah meninggalkan semua hartaku, kemewahanku, dan strata sosialku. Aku hidup sederhana. Bagaimana mungkin kau menyebutku busuk?"

"Karena di dalam dirimu masih ada kebanggaan," jawab suara itu tegas. "Kebanggaan bahwa kau lebih baik daripada mereka yang kau tinggalkan. Kebanggaan bahwa kau lebih murni, lebih jujur, lebih benar. Kau tidak hidup zuhud; kau hidup dalam kesombongan yang dibungkus kerendahan hati paling munafik."

Kata-kata itu menghantam Pak Tua seperti palu. Dadanya sesak. Ia mencoba membalas, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Anjing-anjing itu, bak mengerti bahwa sesuatu sedang terjadi, berhenti sejenak dari pesta mereka, lalu menyeringai ke arah Pak Tua.

"Jadi ... apa yang harus kulakukan?" tanya Pak Tua, nyaris berbisik.

"Hiduplah tanpa berpura-pura menjadi apa pun. Tanpa merasa lebih baik, tanpa merasa lebih buruk. Temukanlah manusia di dalam dirimu sendiri."

Pak Tua menutup matanya. Pikirannya berputar-putar. "Tetapi aku tidak ingin menjadi seperti manusia lain. Mereka palsu, rakus, ... kejam."

"Dan kau pikir dirimu lebih baik?" Suara itu menyindir. "Kau telah menjadi manusia penggonggong. Sadarlah! Sesungguhnya kau adalah jelmaan terburuk dari binatang anjing sekali pun."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun