Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manusia Penggonggong

16 Januari 2025   19:28 Diperbarui: 16 Januari 2025   19:28 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana mungkin mereka hidup seperti ini? Mengais sisa-sisa dari kerakusan manusia. Apakah mereka lebih hina daripada manusia itu sendiri? 

Ia menatap seekor anjing kecil berbulu cokelat burik, sedang menggigit tulang dari tangan anjing lain. Ia tersenyum miris. "Kau juga rakus, ya?" gumamnya, seolah-olah berbicara pada anjing itu.

"Kami hanya lapar."

Pak Tua tertegun. Suara itu bukan dari anjing di sekitarnya---ia tahu itu gema dari dalam dirinya sendiri.

"Lapar?" Ia mengulang kata itu, menyipitkan mata. "Manusia juga lapar. Lapar harta, lapar kekuasaan, lapar kehormatan."

"Kami makan untuk bertahan hidup," balas suara itu lagi. "Tidak seperti manusia, yang rakus tanpa batas."

Pak Tua tertawa getir. "Jadi kau pikir kalian lebih mulia daripada manusia?"

"Kami tidak berpikir soal mulia atau hina. Itu urusan kalian, manusia. Kami hanya hidup sesuai dengan apa adanya kami. Tanpa pura-pura. Tanpa tipu daya," jawab suara itu dingin.

Pak Tua mencomot roti sambil merenungkan kata-kata itu. "Tetapi kalian juga berebut, saling menggigit, melukai sesama untuk mendapatkan apa yang kalian inginkan. Bukankah itu sama saja dengan manusia?"

Suara itu terdiam sejenak, seperti sedang berpikir, lalu menjawab. "Mungkin. Tetapi, kami tidak menghakimi seperti manusia."

Pak Tua terkesiap. "Menghakimi? Kau pikir manusia hanya pandai menghakimi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun