"Mengapa kau tidak pernah menghubungi kami, kawan-kawanmu? Kami akan senang mendengar kabar darimu. Kau tidak sendiri, Dit." Saya mencoba menghiburnya, walau suara saya mungkin terdengar hampa di telinganya.
Adit Satria memandang saya dengan sorot mata sayu. Dia lelah. Kelelahan itu terlihat jelas menggantung di wajahnya. "Kalian tidak tahu. Jiwaku sudah lama tiada."
Kata-katanya itu seketika membuat suasana hening. Saya merasa bak kehilangan sesuatu yang tidak bisa saya genggam. Malam tadi, ada sesuatu yang tenggelam di antara percakapan kami---sesuatu yang mungkin tidak pernah benar-benar saya mengerti. Kami berbicara lama, makin lama, hingga kata-kata saya makin sedikit. Menjelang tengah malam, saya membiarkan Adit Satria berbicara sendiri bagaimana dia merasa semua ini hanya sebuah lingkaran tanpa ujung dan saya mendengarkan dengan hati yang tidak menentu.
"Maafkan saya, Dit," bisik saya merasa bersalah.
Adit Satria hanya diam. Setelah beberapa saat, dia pamit. Saya menawarkan dia untuk menginap, tetapi dia menolak sebab katanya ingin mengunjungi lebih banyak keluarga. Akhirnya, kami berpelukan, erat, dan entah, mengapa begitu menyesakkan. Saya lantas menemaninya sampai pintu, dan saat ia pergi dengan mobil tuanya, tubuh saya seperti tercerabut karena merasa kehilangan sahabat saya lagi---untuk kedua kalinya.
Saya menyadari bahwa selama ini, saya hanya sibuk berbicara tentang empati, tanpa betul-betul merasakannya. Saya bahkan tidak pernah tahu betapa sunyi Adit Satria, betapa dia dalam kesakitannya.
Sepanjang pembicaraan malam tadi, Adit Satria sering berbicara tentang rasa keterasingan dan absurditas hidup, tetapi saya hanya bisa mendengarkan. Mungkin benar kata Adit Satria, di tengah dunia yang sibuk ini, kita semua hanya peduli pada diri kita sendiri, terlalu sibuk mengejar duniawi tanpa menyadari orang-orang yang di sekitar kita membutuhkan kita.
Pagi ini, saya baru menyadari telah kehilangan kesempatan terakhir untuk benar-benar peduli. Dan ironisnya, kesadaran saya itu muncul setelah semuanya terlambat. Saat saya menyalakan ponsel, ternyata notifikasi telah menumpuk di layar dan membuat jantung saya berhenti sejenak. Syok.
: Adit Satria meninggal tadi malam sekitar pukul sepuluh di rumahnya karena bunuh diri.
---
Shyants Eleftheria, Osce te Ipsum.