Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tamu Saya yang Berkunjung Tadi Malam

23 Oktober 2024   22:38 Diperbarui: 24 Oktober 2024   04:30 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mengapa kau tidak pernah menghubungi kami, kawan-kawanmu? Kami akan senang mendengar kabar darimu. Kau tidak sendiri, Dit." Saya mencoba menghiburnya, walau suara saya mungkin terdengar hampa di telinganya.

Adit Satria memandang saya dengan sorot mata sayu. Dia lelah. Kelelahan itu terlihat jelas menggantung di wajahnya. "Kalian tidak tahu. Jiwaku sudah lama tiada."

Kata-katanya itu seketika membuat suasana hening. Saya merasa bak kehilangan sesuatu yang tidak bisa saya genggam. Malam tadi, ada sesuatu yang tenggelam di antara percakapan kami---sesuatu yang mungkin tidak pernah benar-benar saya mengerti. Kami berbicara lama, makin lama, hingga kata-kata saya makin sedikit. Menjelang tengah malam, saya membiarkan Adit Satria berbicara sendiri bagaimana dia merasa semua ini hanya sebuah lingkaran tanpa ujung dan saya mendengarkan dengan hati yang tidak menentu.

"Maafkan saya, Dit," bisik saya merasa bersalah.

Adit Satria hanya diam. Setelah beberapa saat, dia pamit. Saya menawarkan dia untuk menginap, tetapi dia menolak sebab katanya ingin mengunjungi lebih banyak keluarga. Akhirnya, kami berpelukan, erat, dan entah, mengapa begitu menyesakkan. Saya lantas menemaninya sampai pintu, dan saat ia pergi dengan mobil tuanya, tubuh saya seperti tercerabut karena merasa kehilangan sahabat saya lagi---untuk kedua kalinya.

Saya menyadari bahwa selama ini, saya hanya sibuk berbicara tentang empati, tanpa betul-betul merasakannya. Saya bahkan tidak pernah tahu betapa sunyi Adit Satria, betapa dia dalam kesakitannya.

Sepanjang pembicaraan malam tadi, Adit Satria sering berbicara tentang rasa keterasingan dan absurditas hidup, tetapi saya hanya bisa mendengarkan. Mungkin benar kata Adit Satria, di tengah dunia yang sibuk ini, kita semua hanya peduli pada diri kita sendiri, terlalu sibuk mengejar duniawi tanpa menyadari orang-orang yang di sekitar kita membutuhkan kita.

Pagi ini, saya baru menyadari telah kehilangan kesempatan terakhir untuk benar-benar peduli. Dan ironisnya, kesadaran saya itu muncul setelah semuanya terlambat. Saat saya menyalakan ponsel, ternyata notifikasi telah menumpuk di layar dan membuat jantung saya berhenti sejenak. Syok.

: Adit Satria meninggal tadi malam sekitar pukul sepuluh di rumahnya karena bunuh diri.

---

Shyants Eleftheria, Osce te Ipsum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun