Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antara Aku, Ayah, dan Marcus, serta Hari-Hari yang Membuatku Panas

8 Oktober 2024   22:56 Diperbarui: 9 Oktober 2024   00:36 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermula, dokter menyarankan kami untuk pindah ke wilayah yang lebih hangat supaya Ayah cepat sembuh. Aku tidak tahu harus bagaimana, tetapi kupastikan, aku tidak mau membuat orang tuaku repot dengan mengatakan bahwa aku sebenarnya lebih suka tinggal di kota besar daripada bermukim di kota kecil yang sepi ini.

Hari pertama di sekolah baruku, Ibu yang mengantar.

"Bu, Ayah bisa menjemputku pulang sekolah hari ini?"

"Tidak, Galang, kau bisa berjalan pulang sendiri, kan?"

"Tapi, Bu---"

"Kau bukan anak-anak lagi," potong Ibu, lalu ia meninggalkanku di gerbang sekolah.

Saat itulah, di hari pertamaku di sekolah, aku bertemu dengan seorang anak laki-laki. Ekspresi wajahnya seperti mengancam. Ia berjalan melewatiku dengan langkah cepat masuk ke dalam kelas. Ternyata, kami berada di kelas yang sama. Saat pak guru mengabsen nama siswa satu persatu---di kelasku ini hanya terisi delapan belas siswa---aku jadi tahu kalau namanya Marcus.

Bel istirahat berbunyi, anak-anak mulai ramai bermain. Mereka berbicara satu sama lain, bising. Aku memilih duduk di bawah pohon tembesu sambil membaca buku, karena tidak ada satu pun yang mengajakku bermain. Mereka terlihat asyik berkelompok dan kulihat Marcus bermain bola plastik besar bersama tiga teman laki-lakinya. Ada juga satu anak perempuan di sana, tetapi ia hanya berdiri melihat permainan itu.

Marcus mendekatiku. Sedari tadi memang sempat kulirik-lirik, ia seperti memperhatikanku sesekali.

"Kau ingin bermain?" Marcus bertanya.

Aku terkejut, tetapi sangat senang. Marcus ternyata baik. Aku bangkit, meletakkan buku di tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun