Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rencana yang Tak Begitu Sempurna

26 September 2024   21:01 Diperbarui: 28 September 2024   09:59 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cangkir teh porselen| sumber gambar pixabay

"Oh, begitu." Martina merasakan hawa panas di wajahnya. Seperti itukah suaminya menilai dirinya?  Habis manis sepah dibuang. Pahit.

"Dan Bapak telah menjanjikan semuanya untuk saya."

"Apa yang dijanjikan Bapak?"

"Bapak menjanjikan setelah sembuh, pernikahan siri kami akan segera diresmikan ke kantor pengadilan agama. Semua harta miliknya juga akan diserahkan untuk saya."

"Saya tidak terkejut mendengar itu, Ambarwati. Itu kalau kau beruntung," ujar Martinah tertawa kecil.

"Apa maksud Anda? Jelas saya akan beruntung."

Namun, seketika ekspresi di wajah Ambarwati berubah. Tiba-tiba ia memegang lehernya, seperti tercekat, panas. Mulutnya terbuka lebar seolah-olah ingin mengambil udara lebih banyak. Napasnya menjadi tersengal-sengal dan wajahnya memerah. Matanya mulai gelap dan tubuhnya melemah.

Ambarwati berusaha berdiri, tangannya terulur ke arah Martinah, meminta pertolongan, tetapi Martina tidak bergerak, hanya menatap Ambarwati dengan sabar.

Ambarwati melangkah tertatih, hilang keseimbangan. Beberapa detik kemudian, kakinya terlipat dan tubuhnya terjerembab dengan keras ke lantai.

Martinah, yang tidak menyangka, racun dari cangkir Ambarwati yang telah ia tukar kala perempuan saingannya itu mengambil piring porselen, bekerja begitu cepat. Setelah memastikan tubuh Ambarwati tidak bergerak lagi, ia pun dengan sigap mengambil cangkir itu, bersama cangkirnya untuk dibasuh di wastafel. Racun yang tersisa di dalam cangkir teh perlahan-lahan terserap ke dalam lubang wastafel, bersamaan dengan gelembung sabun.

Alarm berbunyi tepat pukul satu dini hari. Jadwal Johan minum obat dan mendapatkan suntikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun