Setiap tujuh tahun, tubuh manusia mengalami regenerasi. Wajah, tangan, kaki, perut, dada, dan bagian tubuh lainnya semua berganti---bukan mengubah bentuk atau jenisnya, tetapi sekadar memperbarui jaringan---dan Marlina sangat percaya itu. Kini artinya ia seperti terlahir kembali untuk keenam kalinya.
Marlina keluar dari kamar mandi dengan badan berbalut handuk serta rambut masih basah. Air menetes dan mengalir di sepanjang leher. Di depan pintu, Jose berdiri, hanya berdiri, tidak menyapa, sehingga Marlina sempat merasa aneh. Saat Jose menatap Marlina dalam-dalam, isterinya itu malah berlalu, tanpa bertanya mengapa Jose ada di depan pintu kamar mandi.
"Aku akan berbelanja sendirian hari ini. Mungkin agak lama. Bisa sampai sore," kata Marlina setelah mengenakan pakaian.
Dalam hati Jose melonjak senang. Kebetulan sekali, situasi inilah yang ia tunggu-tunggu. Tadinya, ia pun bingung mencari cara supaya Marlina bisa keluar rumah hingga menjelang sore.
"Pakai saja uangnya dan berbelanjalah sepuasmu. Ini harimu, bukan?"
"Hariku?" Marlina bergumam.
Ya, ini harinya, tetapi Marlina tidak pernah merasakan hal berbeda. Pun sebelum-sebelumnya. Semuanya sama, seperti yang ia jalani setiap hari. Meskipun Jose menyebutnya "harimu", apakah ada hari yang benar-benar miliknya? Adakah hari yang istimewa dari yang lain? Marlina merasa ragu.
Udara segar menyambut Marlina di halaman, dan ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa mungkin inilah saatnya untuk menikmati waktu sendirian. Mungkin inilah yang disebut harinya walau ia tak benar-benar mengerti apa yang spesial dari hari ini. Ia menghidupkan mesin mobil, lalu dengan pandangan terakhir ke arah rumah, ia melaju pergi.
Saat tiba di rumah sekitar pukul tiga sore, sebelumnya telah mengabarkan kepada Jose jika hendak pulang, Marina tidak berpikir tentang apa-apa sedikit pun. Ia memarkir mobil di garasi, lalu mengeluarkan barang-barang dari bagasi. Tangannya penuh. Dengan susah payah ia mendorong pintu rumah untuk melangkah masuk.
Baru saja pintu terbuka, suara teriakan serempak menggema, "Kejutan, Marlina!"
Marina sontak menjatuhkan belanjaannya ke lantai, lalu menelungkupkan kedua tangan ke wajah. Beragam emosinya seketika menyatu.