"Kamu bisa, ayo katakan!"
"Oh, Tuhan, aku tidak punya nyali."
"Kalau begitu, sini ponselnya! Biar aku yang bicara."
Satu sama lain saling merebut ponsel. Mariah mempertahankannya.
"Tidak usah. Tolong, jangan!" Anggap ini bukan hal serius!" teriak Mariah penuh dengan kekacauan dalam suaranya. Ia merasakan genangan air di matanya mulai panas.
"Bukan hal serius? Astaga! Kamu benar-benar payah!"
Ketika bus yang dinantikan akhirnya tiba dan berhenti di depan halte, Mariah tetap diam di tempatnya, menangis dalam kebingungan, sementara perempuan muda di dekatnya itu sudah kehilangan kesabaran, memandang Mariah dengan tatapan kesal.
"Dengar, aku tidak ingin lagi mencampuri urusanmu. Jadi, untuk masalahmu, selesaikan saja sendiri!"
Tanpa menoleh lagi, perempuan muda berambut keriting naik ke dalam bus, meninggalkan Mariah bersama koper kosong di halte yang lengang.
***
Shyants Eleftheria, Osce te Ipsum