Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu Berisik

14 Mei 2024   21:58 Diperbarui: 16 Mei 2024   03:08 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di luar, angin malam yang seharusnya sejuk, terasa dingin dan menusuk tulang. Aku telah membatalkan janji bertemu teman-temanku karena lebih ingin menikmati sendiri.

Aku berjalan tanpa tujuan, mencoba menenangkan pikiran. Namun, seberapa jauh berjalan, pikiranku terus kembali kepada Ibu. Gambaran wajahnya yang marah, suaranya yang penuh kemarahan, dan kata-kata terakhirnya meski terpatah-patah, terus menghantuiku.

Aku duduk di bangku taman. Langit bersih dan cerah oleh cahaya bulan, tetapi di dalam hatiku seolah-olah awan gelap bergemuruh. Apa yang Ibu lakukan sekarang? Apakah dia masih marah atau mungkin sedang sedih?

Makin lama perasaan bersalah ini makin menggerogoti hati. Aku tiba-tiba memikirkan semua hal yang telah Ibu lakukan untukku, semua pengorbanannya, dan semua perhatian yang terkadang terasa seperti gangguan. Mungkin aku terlalu kasar kepadanya.

Setelah beberapa waktu yang terasa seperti berjam-jam, aku memutuskan untuk pulang. Aku harus memperbaiki semua dan harus meminta maaf kepada Ibu.

Aku membuka pintu rumah dengan pelan. Ruang tengah sepi, begitu pula dapur. Aku menduga Ibu ada di kamar---dan betul, dia ada di dalam kamar. Ibu sedang duduk di tepi tempat tidur dengan kepala menunduk.

"Ibu," panggilku dengan lembut.

Ibu mengangkat kepalanya dan menatapku. Aku bisa melihat jejak air mata di pipinya dan hatiku terasa hancur melihatnya begitu.

"Tari, tolong besok antarkan aku ke panti jompo," katanya.

---

-Shyants Eleftheria, Osce te Ipsum-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun