"Ada film baru di bioskop, sudah dengar? Katanya bagus, tapi aku penasaran. Pendapatmu, Sher?"
Kali ini aku hanya mengedikkan bahu karena tidak tertarik membahas obrolannya. Selain fokus mengerjakan laporan harian di komputer, aku memang tidak mengetahui film apa saja yang sedang beredar di bioskop sebab jarang juga menonton film. Alih-alih melanjutkan obrolan, Glen malah nyelonong balik ke meja kerjanya.Â
Sore melewati senja, waktu yang teratur untukku pulang setelah seharian penat bekerja. Saat inilah, sembari istirahat, aku lebih suka memanjakan diri dengan menikmati bacaan-bacaan ringan, seperti "Strange Weather in Tokyo" dari penulis Jepang, Hiromi Kawakami, yang kubeli tiga minggu lalu ketika ada pameran buku.Â
Membaca sinopsis di bagian belakang buku, meski sekilas, tapi seakan-akan aku menemukan petualangan cinta tentang diriku sendiri. Tsukiko, tokohnya, perempuan pekerja berusia 30-an dikisahkan tidak memiliki teman dan jarang mengunjungi keluarganya. Perempuan itu diceritakan juga sudah lelah menjalani hubungan romantis dengan laki-laki karena selalu berakhir kandas. Suatu hari dia bertemu seorang guru di masa lalunya dan obrolan ringan pun berlanjut menjadi pertemuan rutin---nah, karena inilah aku membayar novel itu untuk mengetahui cerita utuhnya.Â
Perutku tiba-tiba memberi sinyal lapar, segera kuletakkan "Tsukiko" untuk membuat sandwich dan segelas cokelat hangat. Cukuplah sekadar mengisi kekosongan perut, sebelum kemudian aku teringat dengan obrolan Glen tentang film yang kuabaikan tadi di kantor.
Kuambil ponsel dan kuketikkan pesan untuknya.
"Maaf, Glen. Aku tidak bisa berpendapat apa-apa karena memang tidak pernah mendengar film itu."
Cepat sekali balasan Glen. "Santailah, tak perlu minta maaf. Besok malam filmnya diputar lagi. Ingin pergi denganku?"
"Aku sibuk."
"Selalu saja alasanmu begitu, Sheryl. Ayolah!"
Baiklah, aku seharusnya tidak setakut itu dengan berkali-kali menolak ajakan Glen. Kecuali jadwal makan siang di kantor, aku kerap tidak pernah mau pergi dengannya, bahkan berjalan-jalan saat tidak bekerja sekali pun. Sebagai teman, aku hanya ingin menjaga segumpal hatiku agar tidak terlanjur bersarang lama untuknya meski berharap dia akan membalasku.