"Entahlah, aku tidak tahu, Dokter. Mungkin suara hati terdalamku telah memengaruhiku supaya tetap bertahan dalam situasi yang buruk."
"Menurutmu, apa yang akan terjadi jika kamu tidak selalu melakukan apa yang diperintahkannya?"
"Itu pemikiran yang menakutkan, Dokter. Aku bahkan tidak tahu apakah pantas mendapatkan perlakuannya yang berbeda."
"Jadi menurutmu itu lebih menakutkan daripada membiarkan dirimu selalu hidup terancam?"
Aku mengangguk-angguk, mencoba meyakinkan dokter Emily dengan pernyataan yang kuat bahwa Haris seorang pemarah, bahwa kehidupan kami teramat berat setelah Haris kehilangan pekerjaan beberapa tahun lalu dan aku harus menopang semua kebutuhan dengan mengandalkan pendapatanku bekerja yang tidak seberapa.
"Sekarang aku merasa sangat jahat karena Haris harus ditangkap."
"Tidak, Suzan. Sekarang, kamu sudah tepat mendatangiku untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya. Ketika seseorang berada dalam hubungan yang kasar, dia tidak jarang memutuskan hal-hal yang menyakitkannya dan yang membuatnya trauma, tetapi terapi ini agar kamu menjadi lebih baik dan agar kami bisa membantumu dari mimpi buruk ke depan."
Ya, jiwaku juga tidak tenang karena perasaan bersalah yang teramat hebat terhadap Haris. Karena itulah aku mendatangi dokter Emily, seperti yang disarankan seorang polisi wanita saat kejadian tadi malam.
"Bagaimana kalau kita mundur ke belakang, apa yang terjadi malam tadi?"
Tiba-tiba saja pertanyaan dokter Emily membuatku terhenyak. Itu artinya aku harus berupaya menguraikan peristiwanya secara detail satu per satu supaya tidak ada benang merah yang terlepas, apalagi dokter Emily pun sudah bersiap-siap dengan pulpen dan buku catatan di tangannya.
"Haris selalu pulang malam hari dan aku selalu gelisah tidak tahu jam berapa dia akan pulang. Malam tadi, aku tidak tahu bagaimana suasana hatinya setelah dia menutup pintu rumah. Jantungku berdebar kencang karena merasa terjebak ketika dia pulang. Aku langsung tahu segalanya akan menjadi buruk karena dia mabuk. Maka aku mencoba menenangkan suasana hatinya dengan menyiapkan makanan untuknya. Aku berusaha menjaga ketenangan, tetapi dia terlihat gelisah dan terus-menerus mengoceh tentang kesehariannya yang tidak mendapatkan uang."