Aku hanya menangis dan meringkuk menahan sakit. Tenagaku sudah tidak mampu untuk berteriak meminta bantuan karena tubuhku sudah tidak sanggup berdiri. Perutku makin melilit dan tiba-tiba cairan berbau keluar dari mulutku. Aku meronta-ronta dalam kesakitan yang teramat dahsyat tanpa pertolongan siapa pun. Sementara dari luar sana, suara Ibu memanggil-manggilku.
"Suzan, makan malam sudah siap, keluarlah!"
Aku sudah tidak ingin makan dan tidak ingin apa-apa lagi, kecuali rasa sakitku segera berakhir.Â
Tiba-tiba, samar kulihat Ibu berada di dekatku. Dia memelukku, menepuk-nepuk pipiku, dan menggoncang-goncang tubuhku. Tiga orang lainnya yang kukenal berada di belakangnya. Mimik wajah mereka semua aneh, seperti  menangis histeris.
"Suzaaan, ayo kita bicara! Suzaaan, banguuun!"
Terlambat. Seketika tubuhku melayang ringan.
---Â
Shyants Eleftheria, Life is a Journey
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H