Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembunuhan yang Nyaris Sempurna

26 Januari 2023   22:15 Diperbarui: 27 Januari 2023   04:21 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang wanita mati karena pembunuhan| by pixabay

Emily, dengan pelipisnya yang berdarah, dia jatuh dari balkon kamarnya di lantai tiga, di rumah peninggalan Tuan Ramos yang besar. Suatu malam yang gelap, dia telah kehilangan segalanya.

Emily memulai kisah pertemuan pertamanya dengan Tuan ramos pada usia dua puluh tiga tahun. Mereka kemudian menjalin hubungan yang terbilang singkat, sebelum akhirnya Tuan ramos mengajaknya untuk tinggal bersama di rumah yang terbilang sangat luas untuk seorang lelaki yang tidak beristri. Emily mengira dia akan menikmati hidupnya dengan harta berlimpah milik Tuan Ramos dan berpikir segera mewarisi sebagian besar kekayaannya sebagai janda muda karena kekasihnya itu sudah berusia enam puluh dua tahun.

Nyatanya, Emily menjalin hubungan dalam harapan yang sempat putus asa karena dia menyia-nyiakan masa muda dan kewanitaannya hanya untuk seorang pria tua yang bahkan hidup sampai sembilan puluh tahun. Hal yang menjengkelkannnya, selama bersama, Tuan Ramos tidak pernah menikahinya secara resmi. Tepat dua puluh delapan tahun lamanya, dia hanya dijadikan gundik. Itu artinya dia tidak mewarisi apa pun dari Tuan Ramos.

Meski tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang Emily harapkan---lebih banyak, tentu saja---bahwa sebelum kematian Tuan Ramos, dia mendapatkan sebuah rumah besar dan kepemilikan beberapa bisnis atas namanya. Pada saat yang sama, tanggung jawab mengurus rumah besar dan bisnis kecil lainnya telah jatuh ke tangan Jonathan, keponakan jauh Tuan Ramos, yang juga tinggal di rumah itu.

Pada masa mudanya ketika Emily menjalin hubungan dengan Tuan Ramos, dia pikir setelah kematian pria tua itu, dia akan menemukan seorang yang muda dan cocok. Namun, Emily sudah lima puluh satu tahun dan kebanyakan pria muda tidak tertarik padanya. Jika pun ada, mereka yang melakukannya tentu karena alasan yang sangat salah---alasan yang sama saat dia menjalin hubungan awal dengan Tuan Ramos.

Berselang dua tahun hidup sendiri, Emily membiarkan jiwanya mengembara dan dia tidak peduli meski mengetahui alasan cinta yang tidak masuk akal. Dia hanya ingin merasakan muda kembali dengan kejadian yang membuatnya bersemu merah saat makan di sebuah restoran mewah di pusat kota.  

"Nyonya, semua makanan Anda sudah dibayar."

Tentu saja informasi dari pelayan membuat Emily mengeryitkan kening saat dia meminta nota pembayaran pesanan santapannya yang terbilang mahal. Pelayan itu menunjuk seorang pria muda menawan di seberang meja makannya yang kemudian memberi kode mengangkat ibu jari ke arah Emily sambil tersenyum. Seketika juga wanita itu jatuh hati melihatnya.

Emily jatuh cinta. Dia jatuh cinta kepada Haris. Malam itu Haris membayar semua makanannya. Mereka berkenalan dan segera mulai bertemu satu sama lain. Dalam beberapa bulan hubungan mereka berkembang, kemudian mereka memutuskan untuk menikah. Emily mengira dia akhirnya akan bahagia dalam hidupnya dengan Haris. Dia akan mengganti semua masa muda yang hilang darinya.

Baca juga: Membeli Kebahagiaan

Perkiraan intuisinya tidak tepat. Segera setelah menikah, Emily menyadari bahwa Haris kehilangan minat kepadanya dan hubungan mereka tidak seperti yang dia pikirkan. Meski demikian, hidup terus berjalan.

Sampai suatu malam, suara anjing-anjing penjaga riuh mengonggong tepat di hadapan tubuh berbalut selimut tebal yang tergeletak di tanah, dengan kepala berdarah, serta mata membelalak dan mulut yang terbuka lebar. Tubuh itu milik Emily dan hidupnya telah berakhir.  

Penjaga rumah bergegas melihat apa yang terjadi. Dalam hitungan menit, Jonathan berlari ke tengah hujan dan terkejut melihat kondisi Emily. Dua orang terakhir yang datang dengan tergopoh-gopoh adalah Siena, seorang pelayan di sana, serta Haris. Keduanya terkejut dengan pemandangan di depan mata mereka.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana dia jatuh? Apakah Emily terpeleset?" tanya Haris.

"Saya tidak berpikir Bibi Emily jatuh. Dia pasti bunuh diri. Kita harus memanggil polisi." Jonathan berkata dengan keyakinan tinggi terhadap dugaan sementaranya.

Saat malam makin gelap dan hujan turun tanpa henti, polisi datang untuk melihat dan  membawa jasad Emily untuk dioutopsi. Seorang petugas kepolisian yang hadir, Inspektur Henry, mencoba menganalisis adegan. Kemudian dia memanggil semua orang yang ada di rumah besar untuk melakukan penyelidikan.

"Yang pertama kali menemukan Nyonya Emily dalam kondisi jatuh adalah saya, Pak polisi. Saya mendengar anjing penjaga menggonggong terus menerus dan saya datang untuk memeriksa," kata penjaga rumah.

"Dan di mana semua orang pada saat itu?" tanya Inspektur Henry.

"Saya pergi tidur, tetapi saya masih menyelesaikan beberapa pekerjaan ketika mendengar kebisingan di luar," kata Jonathan.

"Saya tertidur di kamar lantai bawah, Pak polisi. Dan juga mendengar kebisingan," kata Siena.

"Dan Anda, Tuan?" tanya Inspektur Henry kepada Haris.

"Saya tertidur di kamar sebelah ketika Emily mungkin melompat. Kadang-kadang saya tidur di kamar lain karena saya tahu Emily sulit tidur dan dia akan bangun larut malam, lalu membaca buku atau berjalan-jalan. Jadi, saya tidak ingin mengganggunya."

Kasus Emily sepertinya menunjukkan bahwa wanita itu telah mengambil nyawanya sendiri atau mungkin kecelakaan, begitu pikir Inspektur Henry. Namun, dengan cedera di kepala, petugas polisi itu merasa bahwa segala sesuatunya jauh lebih rumit daripada yang terlihat. Maka dia hanya bisa memikirkan satu orang yang mungkin bisa membantunya memecahkan kasus ini: Detektif Marsal.

Marsal seorang intrukstur senior di akademi polisi yang merupakan salah satu guru Inspektur Henry. Polisi itu menemui Marsal yang tinggal sendiri di rumahnya di daerah pesisir pantai.

"Senior, saya punya kasus rumit. saya sangat berharap bantuan Anda," bujuk Inspektur Henry.

Atas alasan kedekatan dan balas jasa di masa lalu---Inspektur Henry pernah menyelamatkan kehidupannya---Detektif Marsal pun setuju untuk menemaninya melakukan penyelidikan di rumah tragedi itu.

Keesokan harinya, sementara polisi terus mengumpulkan bukti, Detektif Marsal berkeliling. Dia lalu berbicara kepada semua penghuni rumah. Dari hasil pembicaraannya, dia mendapatkan informasi bahwa seorang penjaga rumah telah bekerja selama sepuluh tahun; Jonathan adalah keponakan Tuan Ramos yang yatim piatu dan tinggal di rumah besar itu hampir dua belas tahun lalu. Jonathan bercerita bahwa setelah kematian Ayahnya, Tuan Ramos bertanggung jawab membantu Ibu dan dirinya. Sebelum meninggal, Tuan Ramos memberinya tanggung jawab mengurus rumah besar dan bisnis, serta menyuruhnya untuk merawat Bibi Emily; Siena bekerja di rumah itu ketika masih sangat muda. Pelayan itu telah kehilangan orang tuanya, dan dia sangat bahagia karena Nyonya Emily memperlakukannya seperti adik perempuannya dengan membayar pendidikan Siena dan mengambil tanggung jawab atas dirinya; Haris bertemu Emily setelah dua tahun meninggalnya Tuan Ramos, maka dia tidak pernah mengenal Tuan pemilik rumah besar itu.  

Selanjutnya, Detektif Marsal meminta izin kepada Inspektur Henry untuk melihat kamar Emily. Saat memasuki ruangan di lantai tiga, Marsal langsung melihat meja di samping tempat tidur. Di atasnya ada foto Tuan Ramos, menggunakan kacamata, cincin zamrud, dan jam tangan yang bagus---dan tentu saja mahal. Benda-benda yang dipakai Tuan ramos, tertata rapi di atas meja yang sama, kecuali satu benda yang hilang---dan itu menarik perhatiannya.

Satu lagi yang membuat dia seperti menemukan kunci dari kasus tersebut, satu tongkat golf tergeletak di lantai. Setelah mengamatinya seksama, Detektif Marsal mengambilnya sebagai alat bukti. Ada sesuatu yang tidak beres, pikirnya, ini tidak mungkin kecelakaan atau bunuh diri.

Beberapa hari, detektif Marsal terus megembangkan dugaannya dan mencari fakta tentang kebenarannya dari satu per satu penghuni di rumah besar tempat perkara. Laporan penyelidikan telah masuk ke meja Inspektur Henry. Maka kasus kematian Emily menjadi jelas.

Keesokan harinya, Inspektur Henry, detektif Marsal, dan tiga anggota polisi lainnya kembali ke rumah tersebut. Semua orang, selain Haris, ada di rumah. Inspektur Henry dapat merasakan kegelisahan pada setiap orang saat dia secara pribadi mempertanyakan masing-masing dari mereka.

"Apa yang dapat Anda ceritakan tentang Tuan Haris, Security?"

"Saya sudah mengenal Tuan Haris selama dua tahun terakhir. Dia memiliki kebiasaan yang sangat buruk. Sering pulang terlambat dan kadang-kadang dalam keadaan mabuk."

Inspektur Henry  beralih ke Jonathan. "Bagaimana hubungan Anda dengan Haris?"

"Sejak awal saya tidak pernah menyukai Haris. Pada saat memasuki pernikahan, saya sudah memperingatkan Bibi Emily, tapi dia tidak mendengarkan saya. Saya tahu Haris hanya menikahinya untuk hartanya. Benar saja, setelah menikah, Haris selalu menghabiskan uang dari dana perusahaan untuk berjudi, mabuk-mabukan dan bermain wanita."

"Jadi maksudmu, Haris berselingkuh dan Nyonya Emily mengetahuinya?"

"Mungkin saja."

"Baiklah." Inspektur Henry menoleh ke Siena. "Menurutmu, pria seperti apa Tuan Haris itu?"

Dengan suara gugup, pelayan itu menjelaskan. "Dia pria yang baik. Keluarga ini telah melakukan bayak hal untuk saya. Saya tidak ingin mengungkapkan rahasia mereka." Namun, tiba-tiba Siena menutupi wajahnya dengan satu tangannya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Inspektur Henry membaca gelagat yang aneh dari Siena. "Jika kamu percaya Nyonya Emily telah melakukan banyak hal untukmu, kamu harus  mengatakan yang sebenarnya. Ingat, ini dalam rangka penyelidikan polisi."

"Baik, Pak polisi." Siena mengambil napas dan mengembuskannya pelan. "Tuan Haris tidak pernah setia pada Nyonya Emily. Mereka sering bertengkar. Nyonya Emily melarang Tuan Haris tidur di kamarnya berdua. Itu sebabnya, Tuan Haris tidur di kamar sebelah. Suatu malam, ketika saya sedang tidur, Tuan Haris datang ke kamar saya dan mencoba menganggu saya. Mendengar saya berteriak, Nyonya Emily datang dan melihat semuanya. Nyonya Emily marah, lalu kembali ke kamarnya. Tapi Tuan Haris mengabaikannya."

Hampir semua orang yang mendengar pengakuan Siena tercengang, termasuk Inspektur Henry, tetapi tidak dengan detektif Marsal. Saat petugas polisi itu hendak melanjutkan pertanyaan lagi, Haris kembali kembali ke rumah.

"Apa lagi yang kalian lakukan di rumah ini?" Haris terlihat tidak senang.

"Kami sedang menunggu Anda, Haris. Kami memiliki surat perintah penangkapan atas untuk seseorang.

"Menangkap? Saya khawatir buktinya bertentangan."

"Tuan Haris, saya yakin Anda menyadari kalau Nyonya Emily mengalami cedera di kepalanya dan itu terjadi sebelum benturan jatuh. Kami telah memeriksa kamarnya dan tidak ada pagar atau benda lain yang bisa melukai dirinya sendiri saat jatuh turun. Jadi, Nyonya Emily pasti diserang. Satu hal, sebelum telepon dan laporan forensik, ada fakta yang telah mengungkapkan bahwa tongkat golf yang ditemukan di kamar istri Anda berisi sidik jari Anda."

"Apa? Sidik jari saya di benda itu karena saya sering menggunakannya bermain golf. Kita tinggal di rumah yang sama tidak berarti saya mengambil nyawa istri saya. Anda tidak bisa menangkap saya. Saya tidak melakukan apa apa."

"Saya rasa kita sudah menemukan pembunuhnya, Pak Polisi. Tunggu apa lagi?" Jonathan geram dan dia seperti puas ketika pelaku pembunuhan mengarah ke Haris.

"Anda tidak bisa menuduh saya sembarangan, Jonathan!"

"Jangan bertengkar! Sebentar lagi kita menunggu Detektif Marsal menjelaskan semuanya. Sebaiknya kalian semua diam."

Waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Semua penghuni rumah tegang. Mereka saling mencurigai satu sama lain. Detektif Marsal mulai berbicara.

"Baiklah," katanya, "sebelum menangkap siapa pun, yang ingin saya biarkan, Anda semua telah memberikan kesaksian tentang apa yang terjadi malam itu. Malam ini saya akan memberitahukan semua apa yang sebenarnya terjadi."

"Tuan Haris, katakan dengan jujur, apa alibi Anda malam itu?"

"Sa-saya bersama Siena," jawab Haris. Meski malu, setidaknya pengakuannya itu membebaskannya dari tuduhan. 

"Tidak. Dia berbohong, Pak. Saya sedang tidur di kamar saya di bawah. Saya tidak pernah ke kamar Tuan Haris." Siena menyangkal.

"Tidak Siena, Tuan Haris telah mengatakan yang sebenarnya."

Detektif Marsal berjalan mendekati Haris. "Malam itu Anda mengatakan sedang tidur, tetapi sebenarnya Anda bangun. Anda dan Nyonya Emily habis berdebat karena permasalahan hutang Anda, bukan? Anda berusaha melunasinya dengan dana perusahaan yang dia tidak mau berikan satu sen pun. Anda pun keluar kamar. Seperti yang Anda katakan, Anda pergi ke kamar sebelah untuk tidur, tapi tidak sendiri. Siena bersama Anda."

Detektif Marsal kemudian berjalan ke arah Siena. "Anda telah pergi ke kamar Haris meskipun Anda sedang menjalin hubungan dengan Jonathan. Namun, Anda pergi ke kamar Haris bukan kemauan sendiri, melainkan Jonathan yang menyuruh Anda, setelah dia tahu Nyonyamu dan Tuan Haris bertengkar hebat."

Siena terkejut. Namun, begitu dia melihat ke Jonathan yang bergeming, dia jadi tahu bahwa Jonathan telah membongkar hubungan asmara mereka.

Selanjutnya, langkah detektif Marchel beralih ke Jonathan.  

"Jonathan, apakah Anda sebenarnya bukan kerabat yang sangat jauh dari Tuan Ramos yang hidup dalam belas kasihannya. Bagaimana hubungan Anda yang sebenarnya dengan Tuan Ramos?"

"Saya sudah pernah mengatakan kepada Anda, Tuan, kalau Ayah saya sepupu jauhnya dan dia dulu bekerja untuk Ayah saya. Setelah kematiannya, Paman Ramos merawat saya dan Ibu saya."

"Ya, ya, tentu saja. Tapi, Anda lahir setelah kematian Ayahmu, benar? Maksud saya, berapa lama kemudian?"

Jonathan tiba-tiba kaku dan diam tidak menjawab. Dia tidak menyangka jika detektif Marsal menyelidiki dirinya hingga sejauh itu.

"Kenapa diam, Jonathan? Baiklah, biarkan saya memberitahu Anda. Anda lahir sebelas bulan setelah kematian Ayahmu, tapi dia bukanlah Ayahmu. Kemudian, Tuan Ramos mengurus Anda dan Ibu Anda, bukan karena kebaikannya, melainkan karena rasa bersalahnya tidak bertanggung jawab terhadap perbuatannya ke Ibu Anda. Namun, dia tidak bisa mengakui Anda sepenuhnya karena Anda adalah anak hasil dari hubungan haramnya dengan Ibu Anda, sama seperti Nyonya Emily yang tidak diakuinya sebagai istri sahnya. Anda mengetahui kebenaran itu, tetapi tidak dengan Nyonya Emily. Bagusnya, Nyonya Emily hanya melarang Haris untuk masuk ke kamarnya, tetapi tidak dengan Anda. Pada malam itu, Sebenarnya Nyonya Emily juga memperingatkan Anda untuk tidak masuk ke kamarnya, tetapi karena putus asa dengan kekuasaan Nyonya Emily, Anda akhirnya melakukan perbuatan keji itu terhadap gundik Ayah Anda."

"Tidak. Tidak masuk akal. Anda jangan mengada-ngada, Tuan detektif!" Jonathan kelihatan panik.

"Pada hari pertama saya datang ke rumah ini dan pergi ke kamar Nyonya Emily, saya melihat foto Tuan Ramos di atas mejanya. Di foto itu, dia memakai barang-barang tertentu yang Emily taruh di atas meja. Masing-masing ada di sana, kecuali jam tangannya yang saya suruh Inspektur Henry untuk mencarinya. Dan ... dia menemukannya di bengkel reparasi jam mahal di kota ini."

"Tentu saja. Bibi Emily memberikan saya jam itu untuk diperbaiki."

"Bisa saja demikian. Tapi, di situlah Anda membuat kesalahan kecil."

Orang-orang di ruangan itu terdiam, seperti ingin mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari detektif Marsal. Maka, detektif Marsal pun melanjutkan hasil penemuannnya.

"Malam itu setelah memukul Emily dengan tongkat, Anda menyeka darahnya dengan sarung tangan supaya sampel sidik jari Haris dapat diindentifikasi karena Anda tahu dia yang sering memegang tongkat golf itu. Dengan demikian, semua akan menaruh kecurigaan padanya. Tetapi sayangnya, dengan tangan bersarung, Anda mengambil jam tangan yang ingin Anda simpan sendiri. Darah Emily tertinggal di sana. Dan penjaga bengkel reparasi memberitahukan bahwa Andalah yang mengantarkan jam itu sendiri ke sana."

Jonathan tidak bisa berkelit.

"Nah, Inspektur Henry, pelakunya sudah kita temukan. Dan Nona Siena, Anda juga akan kami amankan karena ikut terlibat dalam mengatur rencana Jonathan."

Siena hanya bisa menutupi wajahnya.

Petugas polisi yang ada di sana kemudian mengamankan Jonathan dan Siena, sementara penghuni rumah yang lainnya diminta sebagai saksi.  

Inspektur Henry terpukau dengan cara kerja detektif Marsal. Maka setelah semuanya selesai, Henry menemui Marsal untuk berbincang-bincang.

"Detektif Marsal, saya bisa mengerti bagaimana Anda bisa menyimpulkan arloji itu? Tetapi bagaimana Anda tahu tentang hubungan Jonathan dengan gundik Ayahnya?"

"Ya, Inspektur. Saya curiga sejak hari pertama ketika berbicara dengan penjaga keamanan mengenai sudah berapa lama Siena bekerja di sini. Setelah kematian Ramos, Emily dan Jonathan sedirian di rumah sebesar ini. Suatu malam, pelayan lain di rumah ini mendengar pertengkaran Emily dan Jonathan, lalu Emily pun membawa Siena karena dia tidak mau menyendiri di rumah bersama Jonathan.

Jonathan merasa seharusnya dia menjadi putra kandung dan pewaris yang layak dari Tuan Ramos, tetapi yang tersisa untuknya hanya sepuluh bisnis kecil dan hidup sebagai pelayan di bawah perintah Nyonya Emily.

Dengan kemarahan dan kecemburuan, dia berusaha menyingkirkan Emily sehingga menjadi pewaris yang sah dari semua kekayaan Tuan Ramos. Maka dengan bantuan Siena, kekasihnya, mereka telah mengatur tipu muslihat, tetapi rencana yang hampir sangat mudah tampaknya menjadi bumerang."

"Tuan detektif, sungguh luar biasa sekali. Anda melakukannnya seperti dapat membaca pikiran setiap orang."

"Ah, itu hanya pengamatan sederhana, Henry."

---

-Shyants Elefheria, Life is a Journey-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun