"Jadi kamu takut? Ayo buat kesepakatan. Kamu pergi ke laut. Jika di luar benar-benar bencana seperti yang kamu yakini, kamu menang dan aku akan tutup mulut selamanya. Tapi jika tidak, aku berjanji bahwa kamu mengalami hari terindah dalam hidupmu. Nah, adil, bukan?"
"Apa jaminannya?"
"Tidak ada jaminan. Kita hanya bersepakat."
"Aku tidak mencari konfirmasi untuk apa yang sudah aku ketahui," jawab Jono Haris, "jadi diam dan tinggalkan aku."
Orang yang membenci dunia percaya bahwa dia telah mencapai sesuatu yang tidak dimiliki orang lain: Kebenaran. Jono Haris menulis semua pengetahuan yang telah dia kumpulkan tentang kehidupan di dinding kamarnya.
Setelah bertahun-tahun mengumpulkan "tembok pegetahuan" miliknya yang baru saja selesai, Jono Haris mengetahui semua yang perlu diketahui dan menyimpulkan bahwa hal yang paling cerdas yang bisa dia lakukan adalah tidak pernah meninggalkan kamar apartemennya. Tembok di kamarnya itu telah menjadi alkitabnya, sebuah instruksi manual dengan semua jawaban yang dia konsultasikan setiap kali musuhnya, suara yang menganggunya itu, muncul.
Bagi Jono Haris, suara itu adalah suara iblis, pengaruh dari dunia luar, seorang kafir yang menggodanya untuk melakukan hal-hal bodoh. Kata-kata "kamu aman di sini," yang ditulis di dinding dengan darahnya sendiri, menyegel pekerjaan hidupnya.
Itu adalah kebenarannya dan mantra yang dia ulangi setiap hari. Kontaknya dengan dunia luar menjadi langka selama bertahun-tahun secara sporadik. Seorang teman lama atau anggota keluarga sesekali mengunjunginya untuk melihat bagaimana keadaannya, dan seringkali akhirnya mendengarkan kata-kata kasarnya yang panjang, yang selalu, dalam beberpa hal, membenarkan keputusan hidupnya. Tetapi setiap kali tamunya berbicara tentang upaya hidup mereka sendiri, dia dengan cepat menyangkal gagasan mereka.
Suatu hari, saudara perempuannya mengatakan kepadanya bahwa dia akan ke Hong Kong untuk menjadi tenaga pekerja di sana.
"Jangan lakukan itu." Jono Haris mencegahnya dengan khawatir.
Dia telah membaca tentang penyakit eksotik, penculikan, kecelakaan pesawat, dan segala macam insiden lain yang akan membuatnya terlalu berbahaya untuk pergi. Dia juga mencegah seorang teman lama untuk memulai bisnis, mencoba menghentikan saudara laki-lakinya untuk memiliki anak, dan membujuk keponakannya untuk mendapatkan SIM. Keberatannya sama: Terlalu berisiko.
Bahkan, ketika Jono Haris masih muda, dia ingin bepergian ke luar kota, memulai bisnis, dan punya anak. Dia bahkan mempertimbangkan untuk mendapatkan SIM ketika kebenciannnya terhadap mobil tidak sekuat sekarang.
"Kalau begitu, mengapa kamu tidak melakukannya? Tidak terlalu terlambat." Suara menjengkelkannya itu berucap.
"Tinggalkan aku sendiri."
"Aku mengerti. Kamu ketakutan."
"Tentu saja aku takut! Siapa yang tidak takut? Apakah kamu tidak membaca beritanya di dinding? Apakah kamu tidak tahu risikonya?" Jono Haris mulai tersulut emosi.
"Oh, dinding konyol itu. Dinding kebahagiaanmu. Baiklah, aku yakin itu membuatmu merasa bahagia dan aman di sini."
"Ya, aku merasa aman di sini. Jadi, jangan pernah berpikir aku akan berubah pikiran. Dinding ruangan ini telah menyelamatkanku dari banyak kesengsaraan."