Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kiat-kiat Meningkatkan Kemampuan Menulis yang Tidak Boleh Diabaikan

6 Januari 2023   11:23 Diperbarui: 7 Januari 2023   07:37 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis (Canva via kompas.com)

Benjamin Franklin, selain sebagai Bapak pendiri Amerika Serikat, ternyata merupakan salah satu penulis yang dihormati pada masanya. 

Ketika mengawali karirnya di dunia tulis-menulis, pada satu titik, beliau sempat mendapati surat-surat yang ditujukan kepadanya seolah-olah mengajaknya berduel dengan tulisan. 

Selama perang tulisan dan perdebatan melalui penulisan surat tersebut, pada titik yang lain, ayahnya menemukan surat-surat itu juga, lalu mengambil kesempatan untuk memberitahukan kepada dirinya bahwa memang betapa buruknya tulisan Benjamin Franklin tersebut.

Sekarang, kebanyakan dari kita yang bergelut di bidang tulis-menulis mungkin tidak ingin menerima kritikan dari seseorang tentang buruknya tulisan kita, apalagi ketika kritikan tersebut sangat tajam. Hal itu tentu saja membuat kita cenderung defensif dengan mempertahankan apa yang telah kita tulis.

Berbeda dengan Benjamin Franklin, beliau ternyata mengambil pelajaran dari kritik yang disampaikan ayahnya. Maka sebagai tanggapannya, Benjamin pun mulai mencari tulisan terbaik yang bisa dia dapatkan sehingga bisa mempelajarinya dan mengasah kemampuan menulisnya.

Kita mungkin bukan atau belum menjadi "penulis yang dihormati pada masa sekarang". Namun, permasalahannya, apakah kita ingin bertahan dengan tulisan yang biasa saja, bahkan mungkin bisa dikatakan buruk, atau ingin memperbaikinya dengan terus meningkatkan kemampuan menulis kita? 

Jika ingin bergerak maju untuk peningkatan hasil tulisan, baik untuk pengembangan minat, pekerjaan, maupun komunikator, kita memang seharusnya mengambil salah satu langkah terbaik untuk menunjangnya.  

Ketika berbicara tentang meningkatkan kemampuan menulis, kita tidak hanya berbicara tentang meningkatkan kuantitas kita menulis, tetapi juga bagaimana membangun kebiasaan menulis dan membahas beberapa cara untuk meningkatkan kejelasan tulisan kita dengan membuat tulisan yang menarik untuk dibaca.

Baca juga: Ketika Writer

Ilustrasi seseorang mengasah kemampuan menulis dengan meningkatkan kemampuan menulisnya| by pixabay
Ilustrasi seseorang mengasah kemampuan menulis dengan meningkatkan kemampuan menulisnya| by pixabay

Jadi, saya pun belajar banyak dari para penulis senior, katakanlah seorang guru, tentang bagaimana saya harus memulai. 

Barangkali seputar tips berikut melalui pembelajaran penulisan para mentor juga dapat bermanfaat bagi semua dalam usaha menciptakan tulisan-tulisan terbaik---baik untuk penulisan artikel, surat, dokumen, maupun cerita novel.

Membaca sumber referensi secara luas

Stephen King mengatakan bahwa membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh seorang penulis. 

Mengenai tulisan yang menarik dan menyenangkan, satu kutipan yang pernah saya dengar---entah siapa yang mengutip pertama kali---"Orang yang menarik adalah orang yang tertarik".

Seperti yang pernah dikatakan oleh novelis Cormac McCarthy, "Buku terbuat dari buku", yang berarti bahwa penulis terbaik adalah yang memiliki repertoar pengalaman dan pengetahuan yang luas. 

Dengan demikian, ketika beberapa buku telah menarik perhatian kita, maka hal baik yang kita lakukan adalah mengambil sesuatu dari dalamnya dan secara kreatif merangkumnya menjadi sesuatu yang belum pernah kita baca sebelumnya.

Dengan kata lain, jika ingin membuat tulisan bersinar, kita harus menciptakan mercusuar untuk tulisan kita. Kita tidak hanya menerapkan minat belajar terhadap satu sumber bacaan, tetapi juga memiliki minat untuk belajar dari banyak sumber. Itu artinya, jika hanya membaca satu penulis atau satu genre, tulisan kita akan terasa sama.

Sebagai contoh, kita mencoba memasak makanan hanya dengan satu bumbu di rak bumbu kita. Nah, jika ingin membuat sesuatu yang benar-benar enak dan benar-benar menarik untuk dimakan, kita mungkin akan menambahkan lebih banyak bumbu dari rak tersebut.

Oleh karena itu, untuk memperluas sumber ilmu, seperti yang Benjamin Franklin lakukan, kita sebaiknya aktif terlibat terhadap apa yang kita baca.

Salah satu cara yang baik untuk melakukannya adalah ketika menemukan frasa atau bagian yang kita sukai, kita disarankan menyimpannya ke dalam catatan khusus untuk dapat kita gunakan memodifikasi tulisan-tulisan kita ke depan. 

Untuk dapat menggunakannya dengan baik pada tantangan berbeda dan situasi yang berbeda pula, tentu saja kita perlu sering menulis agar keterampilan menulis kita senantiasa terbangun.

Membangun ritual menulis untuk diri kita sendiri

Seperti yang kita ketahui, seringkali menulis menjadi sulit dilakukan, terutama mengawalinya. Namun, ini semua tentang membangun momentum, bagaimana tantangan memulainya harus bisa kita lewati, dengan demikian selanjutnya akan menjadi mudah.

Menulis itu diibaratkan seperti mengendarai sepeda. Tantangan awal mengendarai sepeda, yaitu membangun keseimbangan pertama, biasanya yang paling sulit dilakukan. 

Setelah itu, seringkali kita dapat meluncur ringan dengan berusaha sedikit demi sedikit terus bergerak maju hingga kemudian mampu membuat kita melaju dengan santai, bahkan sanggup melakukan atraksi yang menarik.

Jadi, bagaimana kita membangun momentum awal? Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah membiasakan serangkaian aktivitas yang pada dasarnya untuk menunjang proses menulis menjadi lebih mudah.

Serangkaian aktivitas tersebut---yang kita sebut sebagai ritual---harus bisa kita ciptakan sendiri. Misalnya, sebelum menulis, kita ingin membuat tempat senyaman mungkin dengan menjauhkannya dari gangguan yang selanjutnya justru dapat mendistraksi proses menulis kita. 

Apapun situasinya, baik sunyi atau tenang, ditemani musik santai dan minuman, maupun keadaan lainnya dan dengan ritual apa pun, kita harus memiliki kontrol lebih besar atas lingkungan tempat kita menulis tersebut. Hal itu sangat berguna untuk mengatasi hambatan menulis kita.

Ketika mendapatkan momentum untuk menulis, kita sebaiknya jangan menundanya terlalu lama karena seringkali saat itulah ide-ide kreatif kita mengalir.

Memisahkan proses penulisan dari proses pengeditan

Menulis adalah tentang menjaga momentum tetap berjalan. Saat berada dalam kondisi baik, tulisan kita seolah-olah terus mengalir sehingga kita dapat membuat hal-hal kreatif keluar dari otak dan masuk ke halaman tulisan. Nah, momentum inilah yang harus kita jaga.

Akan tetapi, ketika momentum itu terjadi dan semua ide ingin kita tuangkan, seringkali muncul salah satu pembunuh terbesarnya, yaitu pengeditan saat kita menulis.

Ketika musuh itu datang, kita akan melihat kalimat yang baru saja kita tulis dengan "Saya harus mengubah dan memperbaikinya." Maka pada kondisi ini, kita cenderung melakukan peralihan konteks yang menyebabkan kita berada dalam kondisi pikiran yang kurang kreatif. Jika terus-menerus mengedit terhadap apa yang baru saja kita tulis, kita benar-benar tidak akan pernah mendapatkan momentum yang baik sejak awal.

Metafora lain untuk menulis adalah proses menambang emas. Jika tidak pernah menggali terus hingga ke bawah dan disibukkan dengan banyaknya kotoran yang tidak berguna di sekitar penambangan, kita tidak akan pernah mendapatkan emas pada kedalaman yang kita cari.

Apa yang kita tulis mungkin tidak akan terlihat seperti produk akhir. Maka untuk sampai ke titik akhir sesi penulisan, kita harus terus menuangkan ide meskipun harus berantakan. 

Begitu selesai, kita dapat kembali membacanya dari awal, lalu mulai membersihkan kekacauan itu dengan melakukan proses pengeditan.

Membaca kembali dengan suara lantang

Apa langkah pertama untuk melakukan proses pengeditan? Langkah pertama yang paling baik adalah membaca tulisan kita dengan lantang.

Kita cenderung menganggap menulis sebagai seni bisu, padahal sejatinya menulis juga memiliki kesamaan seperti musik, yaitu memiliki irama. 

Banyak dari kita yang mungkin masih menulis dengan mengabaikan bagian irama yang justru memiliki peranan penting terhadap daya tarik tulisan.

Membaca tulisan dengan suara lantang dapat membantu kita menyeleksi kalimat-kalimat yang mungkin memiliki kesalahan pada ejaan, tata bahasa, atau mungkin menggunakan terlalu banyak kalimat yang panjang dan klausa yang sama berturut-turut.

Membaca dengan suara lantang---maksudnya dengan volume suara yang kita atur agar tidak mengganggu orang lain yang kemudian mendengarnya sehingga terganggu---tidak hanya membuat kita mengikuti ritme tulisan, tetapi juga memberikan pemahaman tentang bagaimana kita berposisi sebagai pembaca dengan menemukan hal-hal kecil untuk diperbaiki.  

Menyederhanakan tulisan

Ketika menemukan kalimat-kalimat pada tulisan kita yang terlalu panjang, cenderung bertele-tele, atau menggunakan kosakata khusus yang susah dimengerti secara umum, maka dari sanalah kita melakukan upaya  penyederhanaan.

Sebuah kutipan bagus dari penulis Amerika Serikat, Williams Zinsser, dalam buku "On Writing Well" yang berbunyi, "Rahasia penulisan yang baik adalah mengupas setiap kaliamat dan menjadikannya komponen yang paling bersih.

Kita dapat menghapus beberapa kata menjadi sederhana. Dengan melakukan hal tersebut, kita lebih banyak berkomunikasi secara efektif dari kata-kata sebelumnya yang sebenarnya tidak mengomunikasikan apa pun kepada pembaca.

Banyak dari kita yang mungkin salah kaprah bahwa dengan menggunakan banyak kosakata akan membuat tulisan kita terlihat cerdas, padahal kadang-kadang kita justru memperumit maksud yang ingin kita sampaikan karena tidak mempertimbangkan kesederhanaannya.

Kesederhanaan tulisan bukan berarti mengurangi kata-kata menjadi sesedikit mungkin karena terkadang kata-kata bisa menambah warna, deskripsi, dan membuat tulisan kita menjadi lebih hidup dan menarik. Namun, jika kelebihan kata tersebut tidak membuat esensi tulisan kita menjadi lebih menarik dan menyenangkan untuk dibaca, bahkan tidak menambah pengalaman bagi yang membacanya, maka penyederhanaan merupakan solusi yang terbaik.

Menulis merangsang pemikiran. Jadi, saat tidak bisa memikirkan sesuatu untuk ditulis, kita tetap mencoba untuk menulis dan terus meningkatkan kemampuan kita dalam menulis.

--Shyants Eleftheria, Life is a Journey--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun