"Dan ...," lanjut Katie, "Nyonya Peters, kemarilah." Seorang perempuan kurus maju dua langkah dengan wajah tirusnya mendongak yang berkesan angkuh. "Dia pandai menirukan suara orang, termasuk suara Suzaan yang kamu dengar di telepon."
Luar biasa! Aku sungguh terpukau atas upaya Katie membongkar apa yang dia anggap sebagai misiku. Namun, aku tidak begitu khawatir sebab ini adalah bagian dari rencanaku juga. Agar memberi kesan jika Katie memenangkan sandiwara, aku berpura-pura was-was dan melap peluh di pelipisku karena lelah menggali.
Katie memerintahkan dua orang pekerjanya untuk melanjutkan galian. Mereka sudah menyiapkan sekop sendiri.
"Aku tahu, kamu  sudah mulai khwatir. Kamu hampir menggalinya tadi malam, bukan? Tapi kemudian berubah pikiran. Kami beruntung karena tadi malam orang-orangku belum siap memergokimu."
Pekerjanya menggali sekitar lima belas menit, kemudian berhenti untuk istirahat.
"Tanah ini sangat keras," kata seorang dari mereka.
"Tidak ada yg terkubur di sini," kata yang lain, "satu satunya yang kami temukan adalah pisau indian tua."
Aku melihat Katie dan tersenyum kepadanya. Apa yang membuat kamu berpikir kalau aku mengubur Suzaan? Aku meninggalkan mereka dan kembali ke rumah.
Aku sudah menebak dari awal bahwa Katielah yang bertanggung jawab atas Suzaan palsu yang berbeda-beda. Itu semua bagian dari rencanannya. Namun, dia melupakan satu hal: Hanya Suzaan yang memanggilku "Philo", tidak dengan yang lain.
Apa pun yang menjadi tujuannya, dia percaya bahwa aku telah membunuh saudara perempuannya. Jadi, dia ingin menakut-nakutiku sampai aku putus asa dan berkata, "Ya, aku telah membunuhnya." Dia tidak tahu aku menjalankan permainanku juga. Aku ingin dia berpikir aku ketakutan---dan tentu saja aku ingin dia berpikir Suzaan telah terkubur di tempat itu di hutan.
Sekarang aku di posisi yang kuat. Dia menyebutku seorang pembunuh di depan semua saksi. Aku bisa saja membawanya ke pengadilan dan menuntut sejumlah uang darinya, tetapi dia mungkin tidak ingin membiarkan itu terjadi karena tidak ingin dunia tahu kalau dia begitu bodoh.Â