Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjebak

14 Desember 2022   16:08 Diperbarui: 26 Desember 2022   08:58 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan bodoh, Philiphe. Aku Suzaan."

"Kamu tidak mungkin Suzaan. Aku tahu betul Suzaan tidak memanggiku seperti itu dan dia juga tidak bisa menelponku pada malam seperti ini."

"Oh, menyedihkan, kamu mulai melupakan aku. Tapi ini aku, percayalah. Aku tidak tidak nyaman di sini, jadi aku ingin segera pulang."

Aku menutup panggilan telepon itu, lalu bangkit dari tempat tidur, mengambil dan mengenakan jubah merah tebal, turun ke ruang kerja dan membuat minuman untuk diriku sendiri. Menjengkelkan! Dalam beberapa hari, aku seperti merasakan sebuah teror.

Jarum jam dinding berada di kisaran pukul satu dini hari ketika aku pergi ke hutan di belakang rumah sambil membawa sekop. Aku berhenti di samping pohon yang paling tinggi dan mulai mengambil langkah secara penuh, lalu menghitungnya secara bersamaan: Satu, dua, ... lima ... sepuluh ... empat belas, lima belas, enam belas. Langkahku berhenti dan mulai menggali.

Aku sudah menggali kira-kira selama lima menit. Tiba-tiba kudengar teriakan orang-orang. Wajahku kemudian tertimpa cahaya. Seketika aku menghalaunya dan mengenali beberapa orang yang bekerja di rumah Katie, termasuk pengacaranya.

Katie melangkah maju. "Kamu ingin memastikan kalau dia benar-benar mati, Philiphe? Dan satu-satunya cara untuk melakukannnya adalah kembali di tempat kamu menguburkannya. Kamu seorang pembunuh!"

"A---aku hanya mencari pisau indian kunoku," jawabku mengelak, "Ada kepercayaan bahwa jika menemukannya di bawah sinar bulan, itu akan membawa keberuntungan."

Katie menggeleng-geleng sambil tersenyum sinis. Dia menunjuk satu laki-laki yang tidak kukenal.

"Tahukah kamu, ini detektif swasta. Dia telah mengawasimu selama dua puluh empat jam sehari sejak aku menebak apa yang sebenarnya terjadi pada Suzaan."

Katie beralih menunjuk ke perempuan kecil gemuk. "Dia Nona Milan yang sering kamu lihat dengan gaun ungu dan bertopi cokelat. Masih ingat ketika kamu sempat ingin mengejarnya beberapa hari kemarin? Nona Milan juga yang mengirimimu surat dengan meniru tulisan Suzaan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun