Sekarang ini mungkin tampak jelas, beberapa kali pengalaman sebagian orang, jatuh cinta berjalan bersamaan dengan keinginan yang dalam serta rasa sakit yang mengikutinya.Â
Seperti yang telah diamati oleh Stoa (kaum pemuja stoikisme) bahwa masalah dan keinginan adalah kekecewaan ketika seseorang gagal mendapatkan objek kenginannnya.Â
Ini mengarah pada kecemburuan atas kepemilikan karena ketika dua orang sangat mencintai satu sama lain dan tidak menginginkan apa pun selain keterikatan bersama, mereka juga menghasilkan rasa takut terhadap perpisahan yang merupakan bentuk penderitaan.
Contoh dalam budaya yang lebih popular, yaitu kisah Anakin Skywakler dan Padme Amidala dalam "Stars Wars". Anakin memiliki ketakutan akan kehilangan sosok Padme.
Ketakutan yang terus menguasai dirinya hampir sepenuhnya itu kemudian menimbulkan keinginan mendalam untuk tidak pernah berpisah dari kekasihnya---Anakin terpisah dari ibunya dan itu membuatnya mudah dieksploitasi oleh kejahatan.
Anakin mengorbankan cinta sejatinya yang seharusnya dia miliki sebagai Jedi atau pahlawan utama dalam jagat "Stars Wars".Â
Untuk cinta dan egois, terlepas dari kematian dan kesengsaraan yang dia ciptakan, akhirnya dia beralih ke sisi gelap. Dari kisah tersebut, jatuh cinta kemudian disimpulkan sebagai jebakan. Lantas, atas dasar jebakan, apakah cinta antara dua orang bisa berkelanjutan?
Sebenarnya, pasangan yang terlibat asmara kemungkinan bisa mengalami cinta sejati. Cinta sejati adalah cinta yang memiliki unsur-unsur di dalamnya berupa cinta kasih (kemampuan untuk membawa kebahagiaan orang lain).
Kemudian, kasih sayang (kemampuan untuk memperhatikan penderitaan orang lain dengan memberikan kegembiraan karena dianggap penting untuk bersenang-senang bersama dan tidak membuat satu sama lain menangis sepanjang waktu), dan inklusivitas (dua orang menjadi satu dan bersedia menanggung beban satu sama lain).
Cinta sejati umumnya diwujudkan dalam ikatan pernikahan yang sakral sebagai manifestasi dari persahabatan yang lengkap dan perhatian satu sama lain, baik di pihak suami maupun istri, dalam sehat atau sakit dan setiap saat karena mereka saling mengikat untuk alasan penyatuan yang sukses dengan mengasilkan keturunan.Â
Hanya, masalah yang dihadapi banyak orang adalah bahwa  mereka mencari hubungan dengan harapan pasangan mereka akan mengisi kekosongan yang membuat mereka utuh---ini bukan cara tepat untuk berpikir tentang cinta sebab jika kita membiarkan kebahagian kita tergantung pada kekuatan eksternal, itu sama halnya kita menaruh kepercayaan kepada seseorang yang sangat tidak dapat diandalkan.Â