Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Fenomena Cinta, Bagaimanakah Kita Memandangnya?

19 Oktober 2022   19:14 Diperbarui: 22 Oktober 2022   14:19 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebahagiaan pasangan yang sedang jatuh cinta. (sumber: pixabay.com/Karen Warfel)

Dari pengalaman jatuh cintanya, selama studi di Universitas Kopenhagen, Kierkegaard bertemu dengan Regine Olsen yang sembilan tahun lebih muda darinya. 

Dia jatuh cinta pada perempuan itu dan menganggap perasaan mereka akan saling menguntungkan. Sayangnya, bukan peristiwa indah yang didapatkannya, melainkan tragis.

Karena melihat cinta melalui tabir gairah, Kierkegaard mengetahui bahwa cinta yang intens antara dia dan Regine tidak mungkin berkelanjutan dan akhirnya akan memudar. 

Setahun setelah mereka bertunangan, Kierkegaard lantas memutuskan pertunangan. Dia menangis dan berduka, tetapi menerima takdirnya sendiri sebagai penulis soliter dan tetap setia secara emosional kepada Regine.

Regine Olsen, bagaimanapun sedihnya, akhirnya menikah dengan pria lain, tetapi tidak pernah sepenuhya melepaskan persaannya terhadap Kierkegaard---setidaknya begitu kisah mereka. 

Namun, keindahan itu justru tercipta bahwa dengan memutuskan pertunangan, Kierkegaard mengabadikan cintanya yang mendalam untuk Regine dan tetap menganggap bahwa wanita itu tetap sangat berpengaruh sepanjang hidupnya---kisah percintaan Soren Kierkegaard dan Regine Olsen selanjutnya menjadi pola dasar mitologis.

Cinta prefensial Soren Kierkegaard datang dengan keterikatan yang kuat dan ketika ditujukan kepada Regine Olsen, sang Kekasih, cintanya menjadi basah oleh nafsu. 

Dalam kegilaannya, cintanya kemudian menghasilkan ledakan emosi yang bertentangan: Dari kerinduan yang besar hingga kemarahan serta kecemburuan yang luar biasa. 

Kierkegaard pun mempertanyakan, mengapa di dunia ini kita harus mengejar sesuatu yang bisa berubah dari kasih sayang menjadi benci dalam sekejap? Apakah ini cinta sejati atau kutukan? Apakah itu manifestasi dari kegilaan batin yang telah di angkat ke domain suci?

Ketika melihat filosofi kuno, kita menemukan bahwa Kierkegaard bukan satu-satunya yang mempertanyakan tentang apa yang kita junjung sebagai cinta romantis. 

Cinta romantis bisa merupakan cinta sejati yang dapat membawa kebahagiaan, tetapi juga diakui berpotensi membahayakan apabila melibatkan kemelekatan dan penderitaan yang tidak sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun