Pernahkah kita menghabiskan banyak energi untuk menghawatirkan pikiran dan perkataan buruk orang lain tentang diri kita meskipun kita mengetahui bahwa hal tersebut hanya membuang-buang waktu?
Seorang filsuf Yunani, Marcus Aurelius, mengatakan dalam quotenya: "Yang tidak pernah berhenti membuat saya heran adalah kita semua mencintai diri kita sendiri, tetapi lebih peduli dengan pendapat orang lain daripada pendapat kita sendiri."
Ya, tekadang kita mudah terjebak ke dalam kekhawatiran yang terus-menerus perihal pendapat orang lain tentang kita---dan ironisnya, pendapat orang lain tersebut berasal dari orang-orang yang bahkan tidak pernah kita kenal.Â
Nah, jika tidak mengenal orang-orang tersebut, mengapa kita perlu mengkhawatirkannya? Mari kita kaji.
Seseorang yang memiliki perasaan buruk ketika pendapat orang lain itu datang kepadanya kemungkinan disebabkan oleh rasa takut yang mengakar atas keinginannya untuk selalu disukai setiap orang dan untuk mendapatkan validasi atau pengakuan orang lain.Â
Terkait hal tersebut, orang-orang Stoikisme mengatakan bahwa sikap tidak peduli adalah reputasi yang baik. Itu artinya ketidakpedulian bagus untuk dimiliki seseorang.
Jika menyangkut kehidupan yang lebih baik---hidup dengan cara yang baik dan itulah yang terpenting. Lantas, mengapa seseorang harus peduli dengan pendapat buruk orang lain jika hidupnya telah baik?
Ketika melihat hubungan ini secara logis, sebenarnya kita tidak perlu takut dengan tidak adanya pengakuan.Â
Dalam banyak kasus, hidup seseorang tidak berada dalam bahaya ketika orang lain tidak menyukainya atau tidak menyetujuinya--ya, mungkin kita akan tersenyum ketika mendapatkan perhatian dan cinta dari lingkungan sekitar kita, misalnya di media sosial.
Tetapi sebenarnya kita tidak membutuhkan hal itu untuk bertahan hidup dan bahkan tidak membutuhkannya untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.