Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kesepian, Si Pembunuh dalam Diam

20 Mei 2022   23:02 Diperbarui: 23 Mei 2022   03:28 1704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang mengalami kesepian| by pixabay

Penelitian skala besar telah menunjukkan bahwa stres yang tercipta dari kesepian kronis adalah satu dari hal yang paling tidak sehat yang dirasakan manusia. Itu membuat seseorang terlihat lebih cepat tua, penyakit seperti kanker di dalam tubuhnya menjadi lebih mematikan, alzheimer lebih cepat berkembang, dan sistem imunitasnya melemah.

Kesepian kemudian dianggap berbahaya dan mematikan, bahkan dua kali lebih berbahaya dari obesitas dan mematikan seperti merokok menghabiskan satu bungkus sehari. Dan yang paling berbahaya dari kesepian adalah ketika telah menjadi kronis, kesepian akan terus memberikan rasa sakit sosial, sebagaimana rasa sakit fisik.

Baik rasa sakit fisik maupun rasa sakit sosial, keduanya merupakan mekanisme umum dalam otak manusia. Keduanya pun terasa seperti ancaman kepedihan sosial sehingga membawa seseorang ke perilaku defensif karena rasa sakit yang menghantam dirinya. 

Ketika kesepian menjadi kronis, otak seseorang akan langsung masuk ke dalam mode mempertahankan diri. Otak tersebut kemudian memberi sinyal peringatan seakan-akan seseorang melihat bahaya permusuhan di mana-mana.

Beberapa penelitian menunjukkan jika seseorang sedang kesepian, otaknya lebih responsif dan awas terhadap peringatan-peringatan sosial dan di saat yang sama otaknya menjadi makin buruk dalam menginterprestasikan situasi yang semestinya benar. 

Bagian otak yang mengenali wajah orang lain menjadi tidak selaras sehingga seseorang lebih sering menganggap mimik muka yang netral sebagai ancaman, yang kemudian membuatnya tidak mempercayai orang lain.

Kesepian membuat seseorang berasumsi buruk tentang maksud orang lain terhadapnya. Karena dunia yang dianggapnya penuh ancaman, seseorang akan menjadi egois untuk melindungi dirinya, membuatnya tampak lebih dingin, tidak bersahabat, dan ciut secara sosial daripada menghadapi keadaan yang sebenarnya.

Lantas, apa yang dapat seseorang lakukan terhadap kesepiannya?

Jika kesepian telah lama menjadi bagian dalam hidup, seseorang sebaiknya melakukan hal pertama, yaitu mencoba mengenali siklus buruk yang penuh jebakan: Mula-mula kesepian membawa seseorang ke dalam perasaan tertekan dan sedih. 

Setelah itu, kesepian akan memfokuskan perhatian seseorang untuk berinteraksi negatif terhadap orang lain. Ini membuat pikiran seseorang tentang orang lain menjadi lebih negatif, yang kemudian mengubah perilakunya untuk menghindari interaksi sosial, seperti duduk menjauh dari yang lain di dalam ruangan, tidak ingin menjawab panggilan ketika teman menelepon, menolak ajakan, dan lain-lainnya---dan hal tersebut justru membawanya pada kesepian yang mendalam. Siklus ini kemudian membuat kondisi seseorang makin memburuk dan makin sulit untuk dapat lepas dari perasaan tersebut.

Setiap orang dari kita mempunyai cerita kehidupannya masing-masing mengenai kesepian. Ini kerap kali merupakan proses yang begitu lambat dan bertahun-tahun dan dapat berakhir dalam depresi dan keadaan mental yang tidak lagi memungkinkan hubungan baik, meskipun hampir semua orang merindukan keharmonisan hubungan mereka.

Hal lain yang sebaiknya dilakukan seseorang untuk melepaskan kesepian adalah menerima bahwa kesepian merupakan perasaan dan pengalaman yang lumrah dan tidak perlu malu tentang itu. Mungkin, seseorang tidak bisa menghapus atau mengabaikan sebuah perasaan sampai perasaan itu hilang sendiri, tetapi dia dapat menerima serta menghapus penyebabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun