Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kesepian, Si Pembunuh dalam Diam

20 Mei 2022   23:02 Diperbarui: 23 Mei 2022   03:28 1704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang mengalami kesepian| by pixabay

Otak seseorang berkembang, makin lama makin peka terhadap pengenalan pikiran dan perasaan untuk membentuk dan mempertahankan ikatan sosialnya. Bersosialisasi menjadi bagian dari biologis seseorang: bersama artinya bertahan hidup; menyendiri artinya kematian.

Seleksi alam "menghadiahkan" para leluhur kita untuk berkolaborasi dan membangun koneksi satu sama lain. Maka sebuah pemikiran kemudian tercetus bahwa hal yang paling berbahaya dalam bertahannya hidup seseorang bukanlah seperti hidup sendiri di hutan, lalu dimakan hewan-hewan buas, tetapi lebih kepada keterasingannya karena tidak mendapatkan rasa sosial dari kelompoknya---dan untuk menghindari itu, tubuh seseorang menggunakan "kepedihan sosial", yaitu rasa sakit terhadap penolakan yang merupakan hasil adaptasi evolusi: semacam sistem peringatan dini untuk segera berhenti berperilaku sedemikian rupa yang membuat seseorang terisolasi.

Ilustrasi seseorang yang mengalami kesepian| by pixabay
Ilustrasi seseorang yang mengalami kesepian| by pixabay

Para leluhur yang merasakan penolakan sebagai sesuatu yang menyakitkan akan lebih mungkin untuk mengubah perilaku mereka ketika ditolak dan kemudian memilih tinggal di dalam kelompok sukunya. Sementara itu bagi yang tidak dapat mengubah perilakunya, mereka akan dikeluarkan dan biasanya akan meninggal.

Itulah mengapa penolakan terasa sakit. Dan terlebih lagi, mengapa kesepian sangatlah menyakitkan. Mekanisme-mekanisme yang telah menghubungkan manusia selama ini di sebagian besar sejarah manusia nyatanya telah bekerja dengan baik hingga kemudian muncul peradaban baru atau kehidupan dunia modern.

Sisi buruk dari dunia modern, yaitu menimbulkan kesepian---kesepian itu sebenarnya dimulai dari masa renaisans akhir. 

Pada renaisans akhir itu budaya barat mulai menaruh tekanan terhadap orang per orang: Sarjana dipisahkan dari kolektivisme masa pertengahan, sementara teologi muda protestan ditekankan pada tanggung jawab pribadi. Tren ini terus berkembang selama revolusi industri, yaitu masyarakat meninggalkan kampung dan ladangnya untuk masuk ke dalam pabrik produksi.

Komunitas yang telah ada selama ratusan tahun itu pun mulai meluruh ke kota-kota berkembang. Ketika dunia semakin modern, tren ini berkembang semakin cepat. 

Kini, seseorang menempuh jarak yang sangat jauh untuk pekerjaan, cinta, pendidikan baru, dan memaksa seseorang tersebut untuk meninggalkan jaringan sosialnya. Seseorang bertemu lebih sedikit orang secara langsung, dan tidak lagi sering menemui orang-orang di jaringan sosialnya seperti masa lalu.

Hampir semua orang jatuh pada kesepian yang kronis pada saat mencapai usia dewasa. Alasannya, mereka terlalu sibuk pada pekerjaan, pendidikan, percintaan, keluarga, sehingga tidak cukup waktu untuk memikirkan perasaan mereka sendiri. 

Mereka kerap mengorbankan waktu bersosialisasi bersama teman-teman sampai mereka bangun suatu hari dan menyadari bahwa mereka merasa terisolasi. Bisa saja seseorang merindukan persahabatan yang erat, tetapi ternyata sulit untuk menemukan hubungan yang lebih dekat. Karena itulah kesepian menjadi kronis dan menjadi pembunuh diam-diam.

Bagaimana kesepian membunuh?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun