Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dapatkah Seseorang Bahagia Tanpa Jalinan Pertemanan?

30 Maret 2022   15:58 Diperbarui: 25 April 2022   07:43 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertemanan | Sumber: DragonImages via lifestyle.kompas.com

Seorang filsuf Yunani kuno, Epicurus, membuat pernyataan (quote): "Dari semua cara yang diperoleh kebijaksanaan untuk memastikan kebahagiaan sepanjang hidup, sejauh ini yang paling penting adalah pertemanan."

Selanjutnya, muncul pertanyaan: "Sedemikian pentingkah pertemanan itu sehingga bisa menciptakan kebahagiaan?"

Dari quote tersebut, Epicurus percaya bahwa seseorang dapat mencapai pikiran yang damai dan bebas dari penderitaan, yaitu dengan menyeimbangkan keinginannya secara bijaksana sehingga kebahagiaan akan hadir berkelanjutan. 

Filsuf tersebut kemudian menciptakan hirarki keinginan sebagai peta jalan dengan membaginya ke dalam tiga tingkatan, yaitu  keinginan alami yang perlu, keinginan alami dan tidak perlu, dan keinginan sia-sia.

Hal-hal seperti kekayaan luar biasa, ketenaran, makanan mewah, pernikahan, dan seks, yang dia anggap usang dan tidak mungkin bisa dipuaskan meskipun menurutnya keinginan itu wajar, Epicurus melihatnya hanya sebagai keinginan alami yang tidak perlu. 

Namun, untuk pertemanan, dia mengaitkan nilai yang sama dengan kebutuhan makan dan tempat tinggal, karena dia melihat pertemanan sebagai salah satu portal terbesar untuk kebahagiaan---dan umumnya itu mudah didapatkan.

Berbeda dengan cinta romantik, pertemanan biasanya tidak membangkitkan emosi yang kuat dan lebih tidak berkomitmen meski ada sedikit rasa posesif dan kecemburuan. 

Menurut Epirus, pertemanan didasarkan pada kepercayaan, memperlakukan satu sama lain dengan baik, dan menjaga sikap murah hati. 

Jika kriteria ini terpenuhi, pertemanan memungkinkan seseorang untuk berbagi informasi tentang dunia, ide-ide, dan pengalaman. 

Epicurus sendiri memilih untuk tinggal bersama teman-temannya sambil menikmati kesenangan sederhana meski hanya dengan makan roti keju dan minum anggur.

Kehadiran teman atau sahabat dapat membantu seseorang dengan nasihatnya di saat-saat sulit. 

Selain itu, teman juga menjadi bagian dari lingkaran sosial yang dapat membuka pintu ke berbagai peluang, seperti menemukan pasangan misalnya. 

Jika mengeksplorasi pandangan Epicurus, manfaat memiliki teman masih bertahan sampai sekarang. Namun, munculnya sarana komunikasi modern dan bagaimana masyarakat saat ini terstruktur tampaknya membuat cara-cara tradisional dalam pertemanan menjadi usang. 

Sebagian besar kegiatan yang membutuhkan lingkaran sosial dapat diperoleh di tempat lain, misalnya, seseorang dapat menggunakan layanan untuk membicarakan masalahnya, walaupun tanpa kehadiran secara langsung. 

Seseorang juga tidak perlu lagi keluar rumah untuk berdiskusi, karena ruang daring menawarkan banyak grup, forum, dan berbagai komunitas. 

Selain itu, kemungkinan menemukan rekan sepemikiran secara daring jauh lebih besar daripada bertemu dengan mereka secara luring karena tidak terbatas pada orang-orang di lingkungan terdekat lagi.

Sarana komunikasi modern menyebabkan seseorang tidak perlu lagi menghadiri pertemuan sosial, seseorang juga bisa menemukan hiburan yang cepat dan murah melalui layanan streaming dan video game yang saat ini lebih disukai banyak orang daripada bertemu dengan teman-temannya. Jadi, tampaknya kebutuhan akan persahabatan perlahan terkikis, terutama oleh makin banyaknya pilihan yang ditawarkan teknologi.

Lacurnya, kebutuhan pertemanan sepertinya tidak cocok pada masyarakat individualistik atau orang-orang dengan gaya hidup minimalis, sebab pertemanan (dalam arti tradisional) tampaknya lebih menantang untuk diperoleh daripada di zaman Epicurus.

Bagaimana seseorang dengan gaya hidup minimalis memandang peran teman-temannya? 

Gaya hidup minimalis merupakan gaya hidup yang mementingkan diri sendiri dengan meminimalkan kebutuhan jumlah material untuk kepuasan. 

Manfaat gaya hidup ini adalah pengurangan biaya hidup, makin sedikit yang kita butuhkan, makin banyak waktu, uang, dan energi yang kita hemat. Bagaimana penerapannya pada hubungan sosial?

 Seorang minimalis sosial idealnya bertahan dengan jumlah hubungan sosial yang minimal: cukup untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. 

Namun, banyak yang menganggap bahwa hidup dengan sedikit atau tanpa sahabat itu merupakan hidup yang tidak sehat dan bahkan menyakitkan.  Kehidupan tanpa teman membuat seseorang kehilangan manfaat dari kelompok sosial. 

Jadi, apakah kekurangan teman identik dengan kesepian dan isolasi sosial yang mengerikan? 

Jika ya, orang-orang yang tidak memiliki teman mungkin pantas mendapatkan belas kasihan. Namun, jika tidak, sejauh menyangkut minimalis sosial, memiliki lebih sedikit teman juga bermanfaat dan dalam beberapa kasus, kehidupan tanpa teman adalah pilihan terbaik.

Peran teman terhadap orang-orang dengan gaya hidup minimalis sepertinya sama dengan  pemikiran C. S. Lewis, seorang penulis sekaligus pakar sastra Britania Raya, yang menyatakan bahwa pertemanan itu tidak perlu sebab ia tidak memiliki nilai kelangsungan hidup. 

Bahkan, bagi sebagian besar orang, lingkaran sosial yang luas telah menjadi barang mewah, karena pertemanan tampaknya lebih menantang akhir-akhir ini, termasuk urusan biaya yang tidak semua orang mau lakukan.

Biaya pertama yang dapat dibedakan adalah waktu. Karena kesibukan, waktu seringkali menjadi komoditas yang langka. 

Apakah seseorang ingin menukar sedikit waktu luang yang dia miliki untuk ditemani orang lain? 

Banyak yang memilih untuk tidak melakukannya, karena mereka malah ingin menghabiskan waktu luang mereka untuk kegiatan menyendiri, khususnya para introvert.

Biaya kedua adalah energi, sebagian orang mungkin lebih suka menghabiskan malamnya di depan gadget mereka atau televisi. 

Itu artinya bahwa umumnya orang-orang hanya akan menghabiskan energi yang tersisa untuk bersosialisasi, setelah semingguan bekerja.

Biaya ketiga lebih tersembunyi, tetapi tetap merupakan harga yang harus dibayar ketika seseorang terlibat dalam interaksi sosial. 

Pertemanan membutuhkan kesesuaian sampai batas tertentu, tergantung pada orang yang dihadapi. 

Sadar atau tidak sadar, orang-orang ingin disukai oleh teman-teman mereka dan sebaliknya untuk memenuhi harapan bersama. 

Terkadang, orang-orang membayar harga memakai "topeng" di antara teman-teman mereka dengan tidak menunjukkan keseluruhan jati diri sebab mereka takut tidak disukai oleh kumpulan mereka---seperti yang dikatakan filsuf Jerman, Arthur Schopenhauer, bahwa kita hanya bisa benar-benar menjadi diri sendiri dalam kesendirian karena kita bisa melepaskan "topeng" kita dengan aman tanpa ada orang yang perlu dipertimbangkan.

Tidak semua pertemanan sesuai dengan tujuan hidup terbaik seseorang. Bergaul dengan teman yang buruk bisa berbahaya dan menghalanginya; bergaul dengan orang bijak dapat meningkatkan nilai kehidupannya. Jika tidak ada teman bijak, lebih baik berjalan sendiri daripada ditemani teman yang jahat.

Banyak orang memiliki teman hanya demi memiliki teman. Seringkali, mereka hampir tidak memiliki standar untuk pertemanan, sehingga dampaknya, mereka di kelilingi dengan individu-individu yang merusak. 

Misalnya, seseorang menoleransi dan bahkan mengadopsi ide-ide kebencian hanya agar tetap terhubung dengan orang-orang yang dia anggap teman---ya, istilah "toxic" tersebar luas akhir-akhir ini; atau seseorang hanya membuang-buang waktu untuk terlibat dalam obrolan kosong padahal dia memiliki hal-hal yang jauh lebih produktif dan menyenangkan untuk dilakukan. 

Meskipun mungkin menyadari keberadaan orang-orang buruk ini, seseorang takut melepaskan mereka karena tidak ingin kesepian. Jadi, manusia sering kali tampaknya lebih menyukai hubungan yang merusak daripada menyendiri, mungkin karena pemikiran tentang kesendirian menakutkan banyak orang, seperti yang dikatakan mediang aktor Holliwood terkenal, Robin Williams, yang meninggal tragis karena faktor kesendirian juga, "Saya dulu berpikir hal terburuk dalam hidup adalah berakhir sendirian. Ternyata ini bukan. Hal terburuk dalam hidup adalah berakhir dengan orang-orang yang membuatmu merasa sendiri."

Psikolog dan penulis, Dr. Daniel Marson, mengatakan, meski manusia merasa tidak perlu memiliki teman, tetapi komunikasi antar individu untuk kebutuhan hidup seseorang itu penting. Karena kepentingan ini, seseorang harus menekankan kualitas dan intensitas suatu hubungan sosial. 

Marson juga mengatakan bahwa seseorang perlu berinteraksi, tetapi tidak perlu mencapai sesuatu yang lebih dari tingkat keterhubungan dasar. Sederhananya, seseorang itu boleh tidak membutuhkan teman.

Marson menjelaskan bahwa banyak orang berjuang untuk mendapatkan dan mempertahankan teman-teman mereka dan sering berpikir negatif tentang diri mereka sendiri karenanya. 

Jadi, bukan tidak adanya pertemanan yang menjadi masalah, tetapi anggapan bahwa ada yang salah dengan pikiran negatif tersebut.

Tidak memiliki teman secara otomatis bukan berarti seseorang terisolasi dan kesepian secara sosial karena ada kesenjangan antara "isolasi sosial" dan "memiliki teman". 

Seseorang bisa mendapatkan manfaat yang sama dari pertemanan hanya dengan kemungkinannya untuk berinteraksi dengan orang-orang. 

Jadi, ide-ide Marson memberitahukan bahwa pendekatan minimalis untuk pertemanan akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sosial seseorang.

Sebagian orang menganggap pertemanan itu penting. Namun, menurut sebuah penelitian terhadap sekitar empat ribu orang dewasa, pemenuhan kebutuhan dasar seseorang dan merasa kompeten dalam apa yang dia lakukan adalah jauh lebih penting.

Jika membandingkan hasil ini dengan hierarki kebutuhan Epicurus, kita dapat menyimpulkan bahwa memuaskan kebutuhan dasar kita, keinginan alami dan kebutuhan kita, adalah landasan kesejahteraan kita. Interaksi sosial tetap menjadi bagian penting dan bermanfaat dari kehidupan manusia. 

Kita mungkin ingin menekankan pentingnya interaksi sosial, terutama dalam budaya masyarakat yang semakin individualistis dan kurangnya interaksi sosial.

Akan tetapi, tanpa teman, dalam pengertian tradisional, sepertinya tidak terlalu bermasalah. Ketika mempertimbangkan biaya dan kerugian dari memiliki teman, kemungkinan itu faktor individu. Hanya, dengan meminimalkan interaksi sosial secara ekstrem mungkin itu bukan ide yang bagus sebab masih banyak cara melakukan hubungan yang baik yang tentu didambakan setiap orang secara alami.*

Nah, apakah teman atau sahabat itu penting bagi kita?

- Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan --

*Referensi dari berbagai sumber. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun