Namun, banyak yang menganggap bahwa hidup dengan sedikit atau tanpa sahabat itu merupakan hidup yang tidak sehat dan bahkan menyakitkan. Â Kehidupan tanpa teman membuat seseorang kehilangan manfaat dari kelompok sosial.Â
Jadi, apakah kekurangan teman identik dengan kesepian dan isolasi sosial yang mengerikan?Â
Jika ya, orang-orang yang tidak memiliki teman mungkin pantas mendapatkan belas kasihan. Namun, jika tidak, sejauh menyangkut minimalis sosial, memiliki lebih sedikit teman juga bermanfaat dan dalam beberapa kasus, kehidupan tanpa teman adalah pilihan terbaik.
Peran teman terhadap orang-orang dengan gaya hidup minimalis sepertinya sama dengan  pemikiran C. S. Lewis, seorang penulis sekaligus pakar sastra Britania Raya, yang menyatakan bahwa pertemanan itu tidak perlu sebab ia tidak memiliki nilai kelangsungan hidup.Â
Bahkan, bagi sebagian besar orang, lingkaran sosial yang luas telah menjadi barang mewah, karena pertemanan tampaknya lebih menantang akhir-akhir ini, termasuk urusan biaya yang tidak semua orang mau lakukan.
Biaya pertama yang dapat dibedakan adalah waktu. Karena kesibukan, waktu seringkali menjadi komoditas yang langka.Â
Apakah seseorang ingin menukar sedikit waktu luang yang dia miliki untuk ditemani orang lain?Â
Banyak yang memilih untuk tidak melakukannya, karena mereka malah ingin menghabiskan waktu luang mereka untuk kegiatan menyendiri, khususnya para introvert.
Biaya kedua adalah energi, sebagian orang mungkin lebih suka menghabiskan malamnya di depan gadget mereka atau televisi.Â
Itu artinya bahwa umumnya orang-orang hanya akan menghabiskan energi yang tersisa untuk bersosialisasi, setelah semingguan bekerja.
Biaya ketiga lebih tersembunyi, tetapi tetap merupakan harga yang harus dibayar ketika seseorang terlibat dalam interaksi sosial.Â