Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Apakah Pengalaman Masa Kecil yang Buruk Bisa Memengaruhi Gaya Cinta Seseorang?

23 Maret 2022   21:32 Diperbarui: 23 Maret 2022   21:38 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masa kecil seseorang yang bisa memengaruhi gaya cinta| by Pixabay

Jika memeriksa hubungan saat ini atau sebelumnya dengan cermat, beberapa orang mungkin menyadari bahwa ada pola aktivitas yang terus berulang di setiap hubungan mereka.

Sebagian orang akan mencatat bahwa mereka terus berusaha untuk memuaskan tiap-tiap pasangan mereka, sementara sebagian yang lain akan menemukan bahwa mereka terus-menerus berusaha mengendalikan hubungan mereka. 

Banyak orang mungkin juga menemukan gambaran ideal tentang pasangan yang ingin mereka miliki dan hal itu bisa saja disebabkan faktor dari berbagai latar belakang dan didikan masa kecil meski faktor-faktor tersebut hanya mendefinisikan kehidupan cinta mereka, terutama masa kanak-kanak.

Berbicara tentang masa kanak-kanak, penelitian mengatakan bahwa jenis kehidupan di masa kanak-kanak tersebut ternyata memberikan pengaruh terhadap gaya cinta seseorang setelah ia dewasa. 

Gaya cinta yang muncul pada seseorang tersebut adalah salah satu cara paling mendasar dalam kehidupan.

Nilai kepribadian dan sikap seseorang merupakan bangunan di atas dasar pengalaman formatifnya. Gaya cinta pada seseorang dicirikan sebagai pola perilaku spesifik yang terhubung dengan bagaimana dia menerima dan mengekspresikan cinta, terutama bagaimana hubungan orang tua yang membentuknya.

Kita mulai dengan mempelajari orang-orang terdekat, orang tua atau pengasuh yang terhubung dengan seseorang, dan bagaimana satu sama lain saat pikiran mereka mampu memahami dunia hingga tingkat terkecil membentuk ingatan. 

Hal-hal seperti memahami apa itu cinta dan cara seseorang mengungkapkan cinta kepada orang lain serta reaksinya terhadap orang-orang yang mencintainya terhubung dengan pengalaman masa kecil dengan orang tua atau pengasuh yang selanjutnya dapat dimanfaatkan seseorang untuk mengantisipasi bagaimana akan mengekspresikan dan menanggapi cinta ketika dia dewasa.

Lantas, bagaimana dengan pengalaman pengasuhan masa kecil yang buruk? Menurut penelitian yang sama, berdasarkan pengalaman masa kecil tersebut, seseorang dapat memiliki lima gaya cinta yang berbeda, yaitu pengendali, penyenang, penyedia, penghindar, korban.

1. Pengendali 

Ketika kurang diperhatikan sebagai anak---bukan rahasia lagi bahwa memiliki orang tua yang gagal memberikan perhatian dapat melukai harga diri seorang anak---apakah itu karena orang tuanya bercerai lalu meninggalkannya atau orang tuanya yang menempatkan profesi di atas keluarganya, seorang anak merasa bahwa tidak ada yang benar-benar ada untuknya. 

Ini menyebabkan anak terlalu cepat dewasa dan belajar merawat diri sendiri di usia muda. Anak yang ditinggalkan orang tuanya dengan ketakutaan yang berlebihan akan menjadi tidak berdaya sehingga mendorong kebutuhannya untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu, termasuk hubungan percintaannya.

Seseorang yang menganut gaya cinta inilah yang sering disebut sebagai "pengendali" karena sering kali bersikap asertif, dogmatis, dan keras kepala. 

Kurangnya perhatian dari orang tua menyebabkan seseorang itu merasa sulit untuk bergantung pada orang lain atau meminta bantuan sehingga dia akan melepaskan kendalinya sendiri.

2. Penyenang

Seseorang yang tumbuh dengan pendapat penilaian atau kritik, apakah itu kesan bahwa orang tuanya yang keras, kaku, terlalu protektif, bahkan brutal sehingga hanya mencintainya ketika berhasil dan tidak senang ketika gagal, maka seorang anak akan mengalami dorongan emosional semata-mata untuk mencapai harapan orang tuanya tersebut. 

Kondisi demikian menyebabkannya terus bekerja keras terhadap keinginan kompulsif sebagai kebutuhan obsesif: pujian dan pengakuan.

Kemungkinan gaya cinta "penyenang" dalam menjalin hubungannya saat dewasa adalah cenderung pemalu, penurut, pasif, dan tidak bisa mengatakan "tidak" sebab selalu menempatkan orang lain di atas keinginan dirinya. 

Selain itu, ada ketakutan untuk mengecewakan orang lain meski menekan perasaannya sendiri dan itu merupakan usahanya untuk menghindari sebuah konflik. 

Seseorang dengan gaya "penyenang" ini biasanya juga cenderung kurang memiliki kemandirian, ketegasan, otonomi, dan inisiatif, yang seolah-olah tidak melakukan upaya apa pun untuk membuat suatu hubungan berhasil.

3. Penyedia 

Ketika seseorang merindukan hubungan emosional, tetapi kerap kali merasa dirinya sendirian, dikecewakan, atau disalahpahami oleh orang lain, bisa jadi dia memiliki pengalaman masa kanak-kanak dengan sikap orang tua yang tidak dapat ditebak. 

Orang tua yang tidak konsisten dalam memberikan kasih sayang dan perhatian---terkadang orang tua tidak dapat dipercaya dengan mengatakan bahwa mereka mencintai anaknya dan selalu ada untuk anaknya, tetapi kenyataannya mereka melanggar perkataan itu sendiri---menyebabkan seorang anak tidak memercayai orang tua sepenuhnya. 

Karena kebutuhan emosional tidak pernah ditangani secara teratur, seseorang tersebut menjadi sentimen terhadap pengabaian sehingga rentan terhadap penolakan. Kondisi tersebut memungkinkannya memiliki gaya cinta "penyedia", baik romantis maupun idealis, dengan tingkat yang tidak sehat.  

Seseorang dengan gaya ini cenderung mengalami kesulitan mempertahankan hubungan pribadi karena mengidealkan orang yang dia cintai. 

Kecenderungan lainnya adalah bahwa gaya "penyedia" ini memiliki standard yang sangat tinggi terhadap pasangannya dan tidak meninggalkan ruang untuk kesalahan apa pun karena dirinya telah belajar dari pengalaman masa kecilnya tentang hal-hal yang mengerikan, yaitu dikecewakan oleh orang-orang yang dia sayangi.

4. Penghindar

Ini adalah gaya cinta seseorang yang ditandai dengan perasaan tertekan. Keinginan yang kuat untuk kemerdekaan hubungan dan ketakutan akan keintiman merupakan faktor kecenderungan dari keengganannya mengekspresikan emosi disebabkan memiliki orang tua yang mengabaikan kebutuhan emosionalnya saat masa kanak-kanak---sikap orang tua yang telah membesarkan seorang anak dengan keyakinan bahwa menjadi terlalu emosional adalah tanda kelemahan, dapat menyebabkan mereka berpikir bahwa seorang anak akan salah jika membutuhkan orang lain dan mencari kenyamanan dari mereka.

Terkadang orang tua tidak tahu bagaimana menghadapi anak-anak mereka atau karena mereka salah percaya bahwa menekan emosi seorang anak akan membuat mereka pergi---dan ketika dibesarkan untuk percaya bahwa ketergantungan emosional itu buruk, seseorang menjadi lebih sadar diri untuk menjauhkan diri dari perasaannya dan merasa sulit untuk membuka diri, bahkan kepada orang yang dia kagumi sekalipun.

5. Korban

Tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kacau atau hidup dengan orang tua yang marah atau kasar menghasilkan gaya cinta "korban". Keluarga yang kacau bisa jadi merupakan pengalaman mengerikan bagi seorang anak sehingga menyebabkannya memiliki dampak psikologi mendalam pada cara dia memandang dan mendekati suatu hubungan ketika dewasa.

Pengalaman awal yang tidak menyenangkan itu telah membuat seseorang waspada untuk mempercayai orang lain, bahkan waspada untuk jatuh cinta. Ketika diperlakukan dengan patuh dan terluka secara emosional, seseorang mungkin berjuang menjalani hubungan dengan kecemasan, putus asa, dan harga diri yang buruk karena mereka hanya tahu kesedihan dan kebingungan.

Itulah kelima gaya cinta di atas yang mengilustrasikan berbagai macam luka emosional yang mungkin dialami seseorang selama masa kanak-kanaknya serta bagaimana luka emosional itu memengaruhi kehidupan cintanya di masa dewasa. 

Pengalaman masa kecil membentuk cara seseorang mengekspresikan dan menerima cinta yang mayoritasnya jatuh ke dalam salah satu gaya cinta yang telah disebutkan.

Seseorang yang belajar dari pengalaman dalam hal mendapatkan cinta di masa kecil dapat menyadari kesalahan hidupnya tersebut sehingga dia bisa terlibat dengan pasangan cintanya tanpa mengidealkan atau merendahkan dirinya. 

Terlepas dari gaya cinta yang dipengaruhi pengalaman masa kanak-kanaknya, seseorang idealnya dapat menjadi konektor atau penghubung yang aman sambil menjaga hubungan yang sehat dan saling menghormati pasangannya untuk menghindari penurunan signifikan dalam kehidupan percintaannya. 

Bagaimana seseorang itu menerima dan mengungkapkan cinta dan bagaimana dia menanggapi orang-orang dalam situasi sulit dengan mempelajari gaya cinta dirinya, maka dengan mengetahui semuanya, perjalanan seseorang menjadi penghubung yang aman merupakan tempat yang tepat untuk memulai hubungan.

Dengan memosisikan diri sebagai penghubung antara pengalaman mendapatkan kasih sayang ketika kanak-kanak dan setelah dewasa, seseorang akan dapat membentuk apa yang diharapkannya terhadap hubungan yang dijalaninya---dan hal itu tentu akan sangat membantu dalam pengembangan gaya cinta dan keeratan hubungan yang terjalin meski mungkin orang lain, sebagai pasangannya, memiliki keyakinan dari nilai-nilai masa kecil yang berbeda.*

- Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan --

*Referensi : Social Psychology Master.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun