Kecenderungan lainnya adalah bahwa gaya "penyedia" ini memiliki standard yang sangat tinggi terhadap pasangannya dan tidak meninggalkan ruang untuk kesalahan apa pun karena dirinya telah belajar dari pengalaman masa kecilnya tentang hal-hal yang mengerikan, yaitu dikecewakan oleh orang-orang yang dia sayangi.
4. Penghindar
Ini adalah gaya cinta seseorang yang ditandai dengan perasaan tertekan. Keinginan yang kuat untuk kemerdekaan hubungan dan ketakutan akan keintiman merupakan faktor kecenderungan dari keengganannya mengekspresikan emosi disebabkan memiliki orang tua yang mengabaikan kebutuhan emosionalnya saat masa kanak-kanak---sikap orang tua yang telah membesarkan seorang anak dengan keyakinan bahwa menjadi terlalu emosional adalah tanda kelemahan, dapat menyebabkan mereka berpikir bahwa seorang anak akan salah jika membutuhkan orang lain dan mencari kenyamanan dari mereka.
Terkadang orang tua tidak tahu bagaimana menghadapi anak-anak mereka atau karena mereka salah percaya bahwa menekan emosi seorang anak akan membuat mereka pergi---dan ketika dibesarkan untuk percaya bahwa ketergantungan emosional itu buruk, seseorang menjadi lebih sadar diri untuk menjauhkan diri dari perasaannya dan merasa sulit untuk membuka diri, bahkan kepada orang yang dia kagumi sekalipun.
5. Korban
Tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kacau atau hidup dengan orang tua yang marah atau kasar menghasilkan gaya cinta "korban". Keluarga yang kacau bisa jadi merupakan pengalaman mengerikan bagi seorang anak sehingga menyebabkannya memiliki dampak psikologi mendalam pada cara dia memandang dan mendekati suatu hubungan ketika dewasa.
Pengalaman awal yang tidak menyenangkan itu telah membuat seseorang waspada untuk mempercayai orang lain, bahkan waspada untuk jatuh cinta. Ketika diperlakukan dengan patuh dan terluka secara emosional, seseorang mungkin berjuang menjalani hubungan dengan kecemasan, putus asa, dan harga diri yang buruk karena mereka hanya tahu kesedihan dan kebingungan.
Itulah kelima gaya cinta di atas yang mengilustrasikan berbagai macam luka emosional yang mungkin dialami seseorang selama masa kanak-kanaknya serta bagaimana luka emosional itu memengaruhi kehidupan cintanya di masa dewasa.Â
Pengalaman masa kecil membentuk cara seseorang mengekspresikan dan menerima cinta yang mayoritasnya jatuh ke dalam salah satu gaya cinta yang telah disebutkan.
Seseorang yang belajar dari pengalaman dalam hal mendapatkan cinta di masa kecil dapat menyadari kesalahan hidupnya tersebut sehingga dia bisa terlibat dengan pasangan cintanya tanpa mengidealkan atau merendahkan dirinya.Â
Terlepas dari gaya cinta yang dipengaruhi pengalaman masa kanak-kanaknya, seseorang idealnya dapat menjadi konektor atau penghubung yang aman sambil menjaga hubungan yang sehat dan saling menghormati pasangannya untuk menghindari penurunan signifikan dalam kehidupan percintaannya.Â
Bagaimana seseorang itu menerima dan mengungkapkan cinta dan bagaimana dia menanggapi orang-orang dalam situasi sulit dengan mempelajari gaya cinta dirinya, maka dengan mengetahui semuanya, perjalanan seseorang menjadi penghubung yang aman merupakan tempat yang tepat untuk memulai hubungan.
Dengan memosisikan diri sebagai penghubung antara pengalaman mendapatkan kasih sayang ketika kanak-kanak dan setelah dewasa, seseorang akan dapat membentuk apa yang diharapkannya terhadap hubungan yang dijalaninya---dan hal itu tentu akan sangat membantu dalam pengembangan gaya cinta dan keeratan hubungan yang terjalin meski mungkin orang lain, sebagai pasangannya, memiliki keyakinan dari nilai-nilai masa kecil yang berbeda.*