Pada saat yang bersamaan, aliran darah ke otak bagian prefontal—bagian otak yang berfungsi untuk berfikir dan mengambil keputusan—ikut meningkat. Nah, pada kondisi tersebut, kemarahan bisa terjadi.Â
Namun, bagian prefontal pada otak inilah yang selanjutnya berperan sebagai kontrol emosi terhadap tindakan yang akan kamu ambil terkait dengan kemarahanmu.
Seorang ahli filsafat Yunani, Aristoteles, mengatakan bahwa siapa pun bisa marah sebab marah itu mudah. Akan tetapi, marah pada orang yang tepat dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, tidaklah mudah.
Kemarahan seseorang akan terlihat dari respons yang dilakukannya, yaitu apakah seseorang itu berperilaku pasif-agresif atau aktif-agresif.
Untuk kamu yang cenderung berperilaku pasif-agresif, biasanya akan mengekspresikan kemarahan dengan diam, menangis, mengurung diri, bahkan ada yang sampai melukai tubuh.Â
Hal itu disebabkan oleh luapan emosimu yang tertahan. Bahayanya, respons pasif-agresif ini bisa mempengaruhi kesehatan mentalmu, bahkan memicu depresi, jika tidak segera diatasi.
Sementara itu, untuk kamu yang cenderung berperilaku aktif-agresif, biasanya lebih sulit mengontrol diri dan mengekspresikan kemarahan dengan destruktif, seperti merusak benda-benda di sekitarnya, serta melukai secara psikis kepada orang yang menjadi sasaran, seperti ucapan yang menyinggung perasaan, memaki-maki, menghina, merendahkan, memperlakukan berbeda, dan menyepelekan. Secara fisik pun, perilaku aktif-agresif ini mudah berekspresi seperti menampar, meludahi, menjambak, menendang, dan memukul.
Orang yang tidak bisa mengendalikan amarahnya serta selalu menuduh orang sekitarnya sebagai penyebab masalah, bisa jadi orang tersebut mengalami gangguan kepribadian antisosial.Â
Gangguan kepribadian antisosial merupakan kepribadian yang cenderung menyalahkan orang atas semua masalah yang terjadi pada dirinya.Â
Ciri yang paling parah adalah orang tersebut tidak bisa mengendalikan amarah yang meledak-ledak dan mengintimidasi orang sekitarnya tanpa menyesali kelakuannya itu.
Kemarahan memang merupakan salah satu respons alami terhadap rasa sakit—dan itu lumrah, tetapi bagaimana kamu menangani emosi tersebut adalah hal terpenting.Â