Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Agar Tak Jadi Korban Gaslighting, Kenali Ciri Pelaku Gaslighting Ini!

6 September 2021   23:05 Diperbarui: 20 September 2021   18:18 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi murung setelah mendapat perlakukan gaslightning. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Gaslighter banyak berbicara, tetapi perbuatannya tak selaras dengan perkataannya—munafik. Oleh karena itu, ketika berhadapan dengan gaslighter, kamu harus melihat apa yang dilakukannya, bukan apa yang dikatakannya—itu yang terpenting.

4. Gaslighter pintar memanfaatkan kebaikan orang lain

Gaslighter selalu menjalankan taktik yang mulus dan rapi, sehingga kamu menjadi tidak sadar tengah dimanfaatkan untuk kepentingannya.

5. Gaslighter mengelabuhi korban dengan sisi positifnya

Gaslighter cenderung membingungkanmu sebagai korban dengan menunjukkan sisi positif dirinya. Ini dapat membuat kamu berpikir ulang bahwa dia tidak sepenuhnya buruk.

6. Gaslighter menyebut semua orang berbohong

Gaslighter akan berusaha meyakinkan kamu bahwa semua orang di sekitarmu itu—keluarga, sahabat, dan orang-orang tepercaya—pembohong. Pada akhirnya, kamu  akan termanipulasi dan hanya mempercayai pelaku gaslighting.

7. Gaslighter memosisikan diri sebagai korban

Pelaku gaslighting dapat juga berperan sebagai pelaku playing victim. Meskipun dua istilah ini berbeda dari segi perilakunya—pelaku gaslighting memposisikan diri sebagai pengontrol emosi korban, sementara pelaku playing victim memposisikan diri sebagai korban—keduanya nyatanya dapat dilakukan secara bersamaan. Pelaku gaslighting dan playing victim akan membuatmu merasa tidak nyaman. Ketidaknyamananmu akan diputarbalikan pelaku seolah-olah dialah yang tidak nyaman saat menjalin hubungan pertemanan denganmu. Contoh kalimatnya seperti ini:

Kan, gue cuma bercanda. Kok, lo, gitu, sih? Terus, gue harus gimana jadi temen lo?”

Sebagaimana playing victim, gaslighting pun tidak pernah mau disalahkan. Pada akhirnya, korbanlah yang akan memandang rendah dirinya sendiri.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun