Gaslighter banyak berbicara, tetapi perbuatannya tak selaras dengan perkataannya—munafik. Oleh karena itu, ketika berhadapan dengan gaslighter, kamu harus melihat apa yang dilakukannya, bukan apa yang dikatakannya—itu yang terpenting.
4. Gaslighter pintar memanfaatkan kebaikan orang lain
Gaslighter selalu menjalankan taktik yang mulus dan rapi, sehingga kamu menjadi tidak sadar tengah dimanfaatkan untuk kepentingannya.
5. Gaslighter mengelabuhi korban dengan sisi positifnya
Gaslighter cenderung membingungkanmu sebagai korban dengan menunjukkan sisi positif dirinya. Ini dapat membuat kamu berpikir ulang bahwa dia tidak sepenuhnya buruk.
6. Gaslighter menyebut semua orang berbohong
Gaslighter akan berusaha meyakinkan kamu bahwa semua orang di sekitarmu itu—keluarga, sahabat, dan orang-orang tepercaya—pembohong. Pada akhirnya, kamu akan termanipulasi dan hanya mempercayai pelaku gaslighting.
7. Gaslighter memosisikan diri sebagai korban
Pelaku gaslighting dapat juga berperan sebagai pelaku playing victim. Meskipun dua istilah ini berbeda dari segi perilakunya—pelaku gaslighting memposisikan diri sebagai pengontrol emosi korban, sementara pelaku playing victim memposisikan diri sebagai korban—keduanya nyatanya dapat dilakukan secara bersamaan. Pelaku gaslighting dan playing victim akan membuatmu merasa tidak nyaman. Ketidaknyamananmu akan diputarbalikan pelaku seolah-olah dialah yang tidak nyaman saat menjalin hubungan pertemanan denganmu. Contoh kalimatnya seperti ini:
“Kan, gue cuma bercanda. Kok, lo, gitu, sih? Terus, gue harus gimana jadi temen lo?”
Sebagaimana playing victim, gaslighting pun tidak pernah mau disalahkan. Pada akhirnya, korbanlah yang akan memandang rendah dirinya sendiri.