Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mencari Rasulullah SAW

29 Desember 2024   01:08 Diperbarui: 29 Desember 2024   01:08 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Mencari Rasulullah" karya Irma Irawati (Sumber: dokumen pribadi)

Jelang tutup tahun 2024 ini, saya dikirimi buku menarik berjudul "Mencari Rasulullah" karya Teh Irma Irawati, penulis yang sudah malang-melintang dalam genre cerita anak, fiksi dan nonfiksi Islami.

Dari sekian banyak karyanya yang best seller, buku "Mencari Rasulullah" ini sangat kontemplatif dan terasa begitu personal. Caranya menarasikan rindu pada sang Nabiyullah, membuat bulu roma saya tak sanggup merebah lagi sepanjang suguhan diksi yang mendayu.

Dengan narasi yang sastrawi, ungkapan rindu yang personal itu mampu teramplifikasi ke dalam relung hati saya. Seakan saya dan penulis adalah orang yang sama, yang menuangkan isi hati tentang rindu pada Sang Lelaki Penggenggam Hujan itu.

Membaca buku ini, sama sekali tidak seperti mendaras karya orang lain melainkan sedang menyelami perasaan sendiri yang tertuang dalam diary. Sudut pandang "aku" yang kuat dari penulis, akan membetot pembaca tenggelam dalam perasaan rindu yang sama kepada Nabi Muhammad SAW.

Masjidil Haram, Makkah (Sumber: dokumen pribadi)
Masjidil Haram, Makkah (Sumber: dokumen pribadi)
Bagian awal buku ini menyuguhkan "kecemburuan" penulis pada Miss Logo di Amerika Serikat sana yang begitu jatuh hati pada akhlak dan kepribadian agung Nabi Muhammad SAW. Kisah Miss Logo ini unik, sebab dia adalah pembenci Nabi yang endingnya berbalik jatuh hati.

Mungkin, sebagian besar kita akan bilang bahwa Miss Logo adalah bukti absah bahwa banyak orang Amerika memang Islamophobia. Tapi, sepanjang pengalaman studi saya di Amerika Serikat dari Tahun 2021-2024, anggapan itu tidak saya temui. Sebaliknya, saya banyak melihat ekspresi keislaman di ruang-ruang publik Amerika.

Saya melihat supir-supir bus yang sujud dalam Dhuha-nya ketika jeda waktu menunggu penumpang masuk, menyaksikan sekeluarga muslim berjamaah di tengah taman ketika Magrib bertandang, sebagian menunaikan sholat di trotoar-trotoar New York City, dan terbiasa melihat beberapa muslim di Negeri Paman Sam itu tak ragu menggelar sajadah pada ruang-ruang kosong di sudut Mall, bahkan Gedung Putih pun sudah punya acara Bukber Tahunan setiap kali Ramadan di Amerika Serikat.

Masjid sekaligus Islamic Center di Washington D.C., Amerika Serikat. (Sumber: dokumen pribadi)
Masjid sekaligus Islamic Center di Washington D.C., Amerika Serikat. (Sumber: dokumen pribadi)
Dari sini, saya melihat telah banyak orang Amerika yang tak lagi phobia soal Islam dari apa yang dipropagandakan media. Banyak pula kampus-kampus di Amerika yang terdepan dalam pembelajaran Islam dari segala aspek, seperti di Harvard University, University of California Riverside, University of Chicago, Colombia University, University of Notre Dame dll.

Lanjut ke bagian berikutnya, Teh Irma banyak menyuguhkan kisah-kisah bertabur inspirasi keimanan, dua di antaranya yang paling saya sukai adalah keteguhan iman Qatadah bin Nukman dan kisah terhentinya kumandang adzan Bilal Bin Rabbah lantaran tak kuasa menahan rindu kepada Sang Idolanya, Muhammad SAW. Pada bagian ini, hati saya terenyuh, sekaligus terpukul karena merasa masih jauh dari kata seorang perindu Rasulullah SAW.

Masjid Imaam Center Indonesia di State of Maryland, Amerika Serikat. (Sumber: dokumen pribadi)
Masjid Imaam Center Indonesia di State of Maryland, Amerika Serikat. (Sumber: dokumen pribadi)

Saya juga teringat pengalaman sewaktu Umrah bersama anak-istri, dimana kami menziarahi sejarah Nabi Muhammad SAW di Kota Mekah dan Madinah. Rasanya, memang wajar setiap muslim saat itu begitu mencintai Rasulullah sebab di tengah gurun tandus yang dikelilingi bukit-bukit batu itu, Rasulullah memancarkan cinta damai dalam segala hal.

Bagian yang paling menarik dari buku ini, ada pada Bab "Aku Mencarimu". Dari 10 subjudul "Mencarimu", tujuh di antaranya telah saya upayakan sejak berada di Pesantren Darussalam Ciamis (tempat saya dan Teh Irma menimba ilmu). Saya melakukan apa yang Teh Irma tulis dalam buku ini; mulai dari mencari Sang Nabi di setiap sudut rumah, di ruang-ruang belajar, di lembar-lembar sejarah, di hamparan sajadah dan sujud malam, di bait-bait puisi semisal Qasidah al-Burdah, di keramaian kota besar, hingga ke pelataran Raudhah.

Masjid Nabawi di waktu malam, Madinah, Saudi Arabia (Sumber: dokumen pribadi)
Masjid Nabawi di waktu malam, Madinah, Saudi Arabia (Sumber: dokumen pribadi)
Sungguh, saya sepakat dengan apa yang Teh Irma ungkapkan di penghujung buku ini bahwa setiap kita dapat "menemukan" Rasulullah dalam diri kita sendiri dengan menjiwai sekaligus meniru Akhlaqul Kharimah Sang Nabi, belajar dari kedalaman ikhlas dan tawakkalnya Nabi, dan terakhir tentu saja belajar Syukur dan Sabar sebagaimana yang Baginda Rasul ajarkan.

Akhir kalam, resensi buku ini belum sepenuhnya menyajikan inti dan hikmah buku ini. Jadi, alangkah baiknya setiap kita dapat mendaras seisi buku ini sendiri supaya lebih terasa aliran getaran rindu akan Sang Nabi dari setiap diksi indah yang disuguhkan penulis.

Salam,
Shulhan Rumaru

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun