Mohon tunggu...
Shopian Hadi
Shopian Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar, membaca dan menulis

Senang membaca, sastra, sosial, politik, budaya, dan menyukai olahraga dan petualangan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pandai Besi Menempa Kota

11 April 2020   05:17 Diperbarui: 11 April 2020   15:21 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wo Jais sedang bekerja di dapur perapian.

Selama masih ada besi, selama itu pula profesi ini hidup dan rezekinya terus mengalir. Sekeras apapun bentuk rupa besi, pasti berubah bentuk karena ditempa kerasnya keinginan si empunya. Itulah seni dan kerasnya perjuangan kehidupan profesi ini, 

Profesi pandai besi menempa kerasnya kehidupan menjadi sesuai dalam bentuk sebuah keinginan dari pemesan. Tidak ada yang keras dan tidak bisa dibentuk di dunia ini, bila terus menerus ditempa dengan keras dan panasnya bara api.

Berkali-kali aku mencari dan bertanya, dimana ada tempat pandai besi di Kota Jambi dan sekitarnya. Setelah bertahun-tahun di kota ini, sulit juga mencari pandai besi. 

Sama sulitnya mencari penjual pisau dapur, golok, parang dan sejenisnya yang kualitas bagus. Dulu pernah melihat lokasi pandai besi, namun sudah pindah entah kemana. Upaya mencari melalui searching, sedikit berhasil dan lokasinya jauh. Mungkin yang beginian, kurang mendapat tempat di maps, kalah dengan tempat makan, belanja dan lainnya bagi orang untuk menandai lokasi. 

Ini kota, bukan seperti di dusun saya di mudik sana, mudah menemukan pandai besi karena umumnya pertanian dan perkebunan membutuhkan peralatan dari mereka.

Lagi pula urusan begini kan hanya orang tertentu, dengan pekerjaan dan lingkungan tertentu yang membutuhkan. Lagi pula, aku berupaya mencari pandai besi ini salah satunya karena dorongan masalah pribadi dan tuan dapur. Tidak ada parang, golok, pisau dapur dan sebangsanya yang tajam sekadar untuk bersih-bersih pekarangan maupun potong memotong daging hingga bawang. 

Maklumlah, aku yang dari kecil biasa ke hutan dan kebun, terbiasa dengan benda besi ini dan itu tadi, keluhan istri yang secara tidak langsung mengaku pisau dapur kurang tajam. 

Pisau dapur yang diasah hanya tajam sebentar, kemudian kembali tumpul. Ternyata perkara urusan tajam dan tumpulnya besi, ada tempat tersendiri dalam rumah tangga.

Akhirnya aku menemukan pandai besi di Kota Jambi, setelah di tunjuk oleh orang-orang. Sebenarnya ada beberapa, tetapi yang terdekat dari lokasi aku, ya yang ini di Jalan Pattimura, tepat di tanjakan antara ruko-ruko dekat jembatan Sungai Kenali. Di seberang apotik dekat toko-toko peralatan mesin dan baut. 

Sekilas agak tidak terlihat karena terjepit diantara ruko dan satu-satunya tanah kosong dengan bangunan tidak permanen. Di tanah inipun sudah tertulis, tanah ini dijual.

Lokasi pandai besi yang terletak diantara ruko.
Lokasi pandai besi yang terletak diantara ruko.
Ini salah satu pandai besi di Kota Jambi. Jais namanya. Pandai besi asal Kerinci dan biasanya di panggil Wo Jais. Setahuku, di Jambi ini yang berprofesi sebagai pandai besi ya kalau tidak orang Kerinci, ya orang asal Sumsel atau Palembang, dan ada orang Banjar.

Ternyata dan katanya, profesi pandai besi itu turun temurun dari ikatan keluarga. Jadi rata-rata sesama pandai besi bersaudara dan saling mengenal. 

Konon katanya, untuk menjadi pandai besi, harus ikut menjadi asisten atau kenek pandai besi selama selama sepuluh tahun dan baru sepenuhnya bisa membuka usaha sendiri. 

Jadi ketika aku menyodorkan dua parang yang hendak diperbaiki, Wo Jais pandai besi sudah langsung mengetahui siapa pandai besi pembuat pertama, asal dan dari daerah mana. 

Selain ada nama tercetak di dekat ganggang atau hulu, bentuk parang, golok atau pisau menandakan asal dari daerah. Mungkin juga semacam selera dan khas atau gaya dari pandai besi dan daerah masing-masing.

Aku menyerahkan parang langsung di dapur perapian dan dibagian depan tempat pandai besi ini menjadi tempat memajang pesanan dan contoh barang. 

Sebenarnya perbaikan seperti ini bisa ditunggu, tetapi aku memilih diambil keesokan harinya. Nah, untuk perbaikan sepert ini ini biasanya ada istilah yang dinamakan "disepuh". 

Padahal proses itu sekaligus membuat bentuk besi sesuai keinginan, dikecilkan, ditipiskan atau dibuat lebih tajam, diruncingkan dan sebagainya. Untuk satu parang yang akan aku minta diperbaiki lagi, dikenakan biaya dua puluh lima ribu saja. Karena dua parang, serta aku minta dibuatkan hulu atau ganggang, aku dikenakan biaya tujuh puluh ribu.

Parang dan Golok hasil buatan pandai besi dan hulunya dari kayu Rengas.
Parang dan Golok hasil buatan pandai besi dan hulunya dari kayu Rengas.

Di sini, selain membuat berbagai jenis peralatan dari besi seperti parang, golok, pisau daging, sabit atau arit, gancu, tajak, cangkul hingga pedang panjang atau samurai, juga menyediakan hulu atau ganggang pegangan maupun sarungnya. 

Biasanya orang tuaku di dusun membuat hulu ini dari akar pohon karet, jengkol dan jenis kayu lainnya. Di sini hulu maupun sarung terbuat dari kayu rengas. Bila pemesan mau, bisa juga minta diukir sesuai keinginan dengan tambahan biaya.

Selain membuat dengan bahan besi dari pandai besi sendiri maupun memperbaiki pesanan yang sudah ada, kita juga bisa membawa jenis besi dan contoh barang untuk dibuat pandai besi. 

Di sini, diakui bila berbagai jenis peralatannya terbuat dari besi Per. Besi Per yang dikenal biasanya berasal dari besi gardan. Jenis besi juga mempengaruhi kualitas peralatan sekaligus susah atau tidaknya pembuatan dan tentunya biaya.

Karena di kota, pesanan yang paling banyak seperti parang, golok, pisau daging maupun pisau dapur, sabit atau arit untuk rumput maupun pinang hingga pahat besi. 

Ada juga yang memesan khusus cangkul, tembilang atau alat penggali tanah, maupun senjata atau pedang panjang. Semuanya bisa dibuat sesuai keinginan maupun dari jenis besi apapun. Berbeda dengan di daerah-daerah pertanian dan perkebunan.

Terutama daerah asalku di mudik sana yang dominasi ladang, kebun karet dan sawit, yang banyak adalah parang, pisau parah alias pisau karet alias penderes alias pisau penyadap karet, dan egrek alias sabit untuk panen sawit beserta suku bangsanya. Ada kalanya tombak juga dicari dan berguna untuk berburu.

Hasil Pandai Besi yang dijual dan dipesan sesuai permintaan.. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Hasil Pandai Besi yang dijual dan dipesan sesuai permintaan.. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Hasil Pandai Besi yang dijual dan dipesan sesuai permintaan.
Hasil Pandai Besi yang dijual dan dipesan sesuai permintaan.

Satu-satunya yang tidak lagi aku temui dan mungkin sudah tidak ada sama sekali yang dibuat dan dipesan di pandai besi, yaitu Beliung. Beliung yang menjadi jejak sejarah kehidupan manusia dari jaman purba sudah kalah dengan gergaji mesin (chinsaw). 

Dulu, terutama dalam kehidupan masa kecilku dan ladang, beliunglah yang menjadi alat untuk menebang dan memotong pohon sebesar apapun.

Ternyata di tengah perkotaan ini, pandai besi masih eksis dan mendapatkan tempat tersendiri. Pesanan tetap banyak serta sudah memiliki pelanggan tersendiri. Karena diperlukan, orang-orang yang membutuhkan, ya salah satunya aku, mencari sendiri. 

Adakalanya pelanggan setia datang jauh-jauh dari luar kota dan daerah tertentu. Bagi pelanggan, mereka sudah memiliki pandai besi pilihannya. Walaupun pandai besi pindah tempat atau lokasi, pelanggan tetap datang mencarinya.

Sedangkan bagi pandai besi, memiliki gaya khas karyanya maupun pilihan pemasaran. Rata-rata pandai besi masih cara tradisional baik cara kerja maupun pemasaran. Mulai dari tungku perapian, arang, godam dan mungkin satu satunya peralatan modern sepertinya adalah mesih gerinda. 

Untuk pemasaran, biasanya mereka lebih kepada pelanggan setia dan dari cerita ke cerita. Sebagian pandai besi seperti Wo Jais enggan memasarkan langsung ke toko-toko atau masuk ke pasar-pasar dengan alasan menjaga kualitas dan nama.

Mungkin ini juga penyebab tidak banyak di maps ketika kita searching, mereka bukan memasarkan diri ala restoran atau tepat makan, maupun toko dan pusat perbelanjaan. Tetapi orang-orang yang memasukannya ke peta online. 

Bahkan di Kota Jambi dan sekitarnya, ada beberapa pandai besi, selain Wo Jais, ada di Thehok, di Bagan Pete, di Aur Duri tetap eksis menempa kerasnya kota. 

Di luar kota yang terdekat dengan Kota Jambi sepengetahuanku ada di Kumpeh dan Serasah. Di daerah-daerah tentu masih banyak pandai besi lagi.

Yang jelas, usai ke pandai besi dan mengetahui lokasi tepatnya, masalah yang aku alami ada solusi dan juga ada tempat menyelesaikan urusan kerasnya besi. Dua Parang yang aku bawa sudah selesai dan aku asah menjadi tajam. Bisa jadi akan berkali-kali lagi datang serta menjadi pelanggan.

Besi menjadi bagian hidup kita. Dari pandai besi juga belajar, kerasnya besi bisa dibentuk dengan kerasnya perjuangan. Agar tidak tumpul, ada saatnya harus ditempa dengan keras dan panas bara api agar kembali tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun