Mohon tunggu...
sholihu mashum
sholihu mashum Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Mahasiswa di UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Seorang Mahasiswa Sastra Arab di UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Semantik sebagai Pelengkap Ilmu Nahwu

4 Juli 2022   17:15 Diperbarui: 4 Juli 2022   17:23 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "berilah saudara kalian pentunjuk, karena dia sungguh telah tersesat"

Kata lahana () juga digunakan dengan makna salah dalam bacaan ( ), seperti ucapan sayyidina Abu Bakar Ra.

"Sungguh aku lebih suka membaca kemudian keliru dari pada membaca kemudian salah dalam bacaan"

Kemudian Umar Bin Khattab Ra datang untuk membedakan antara dan , lalu berkata

, ,

"Sungguh aku lebih suka membaca kemudian salah, daripada aku membaca kemudian salah dalam membacanya, karena jiga aku salah maka aku (dapat) kembali, namun jika aku salah dalam membacanya maka aku telah berdusta"

Kata seperti yang disebutkan Umar Ra. akan menghasilkan kebohongan atau dusta, berdusta pada Allah SWT adalah perbuatan tercela, dan jatuh kedalam neraka.

Istilah unsur (..) memiliki konotasi kebahasaan yang kami ringkas sebagai berikut:

1.         Al-lahn dengan mensukunkan ha yaitu bahasa, Laits berkata al-lahn: sesuatu yang melakukan kekeliruan tata bahasa dengan lisan, yang cenderung dilakukan dalam perkataan, Allah SWT berfirman dalam surat Muhammad ayat 30 yang berarti (Dan engkau benar-benar akan mengenal mereka dari nada bicaranya ...), Nabi Muhammad SAW bersabda (Bacalah al-Qur'an dengan logat dan suara orang Arab ...), dan Umar RA berkata (Pelajarilah ilmu faraidh dan Sunnah, dan al-lahn seperti kalian mempelajari al-Qur'an) al-lahn yang berarti bahasa, dengan nadaku bukan nada kaumku, yaitu bahasaku bukan bahasa mereka.

2.         Al-lahan, dengan ha berharakat fathah, yang menunjukkan atas kepandaian dan kecerdasan, seperti kepandaian logatnya dan keseksamaannya, seperti perkataan mereka: maka Lahana itu bermakna cerdas, yakni faham, dan mengerti.

3.         Al-lahan dengan fathah juga menunjukkan atas pembeberan dan permainan kata, seperti penggunaan makna yang dekat dan keinginan makna yang jauh, dan yang demikian tidaklah menunjukkan atas buku (komposer) bagi Ibnu Duraid yang bermaksud menggunakan kata-kata untuk makna-makna yang lain, seperti (dia berkata:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun