Rupanya Simon, benar. Montreal tak mengizinkan dengan alasan macam-macam dan yang lebih telak lagi tak ada dalam pernjanjian, manual procedure dan manual program.
Saya hampir pasrah. Apalagi ketika di Ottawa bulan lalu, pertemuan kami dengan  Dubes Indonesia tidak menyinggung soal kunjungan 50 orang tim kami ke kota ini.  Padahal saya tahu Dr. Hasjim Djalal, Dubes ini lahir dan berasal dari Ranah Minang. Kalau saya bisikkan kepadanya mungkin akan ada respon.
Mohon Solusi
Tak habis pikir, saya langsung kontak KBRI Ottawa. Saya coba mengadu kepada beliau Bapak Dubes. Minta tolong apa solusi masalah yang saya hadapi. Apa yang saya coba yakinkan teman kerja saya Simon dan Chief Executive Officer CWY Montreal dengan bahasa tambahan macam-macam saya ulang kepada Dubes ini.
Meyakinkan beliau untuk Tim kami dua negara yang sedang melaksanakan program di provinsi ini untuk kenal langsung dengan Dubes dan keluarga besar KBRI. Mengamati -mempelajari pemerintah Federal Kanada. Berkunjung ke Parlemen. Saya ingin pemuda-i Indonesia bertemu dengan Senator, melihat persidangan dan seterusnya.
Setelah mendengar permintaan saya dengan seksama Dubes Hasjim Djalal, menjawab.
"Baik kata beliau. Apa Pemuda-i Indoenesia saja atau dua negara? Brapa Bus diperlukan? Berapa jumlah rombongan. Konsumsi dan akomodasi serta keperluan di Ottawa harus diperkirakan. Lalu buat acara Resepsi besar dan Culture Show. Kita undang Senator Jaque Hebert Founder CWY untuk hadir", katanya.
"Alhamdulillah", kata Saya. "Kalau begitu, apakah saya sudah boleh beritahu Tim, Counterpart Coordinator dan Kantor Pusat CEO CWY Montreal?"
Setelah saya jawab sempurna semua yang ditanyakan tadi, Pak Dubes Hasjim bilang," tunggu beberapa hari, saya akan atur", katanya.
Diplomat Ulung dan Unggul
Merunut kepada  artificial inteligent (AI) dan sumber lain yang dipercaya, Hasjim Djalal adalah seorang diplomat ulung Indonesia. Memiliki karier cemerlang di Kementerian Luar Negari. Aktif dalam berbagai pertemuan Indonesia di dunia Internasional. Beliau adalah kawan akrab dengan Menlu-menlu yang semasa dengannya. Beliau pakar dan paham sekali dalam bidang hukum laut internasional. Konon beliau merupakan dwi-tunggal dengan Menlu Mochtar Kusumatmadja dalam membahas batas laut dan dunia kelautan nasional, regional dan internasional.
Hasjim Djalal lahir pada 25 Februari 1934 di Ampek Angkek, Agam, Sumatera Barat, ia meninggal dunia pada 12 Januari 2025 di Jakarta, dalam usia 90 tahun.
Hasjim Djalal menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Jerman dari tahun 1990 hingga 1993 dan Duta Besar Indonesia untuk Kanada dari tahun 1983 hingga 1985. Ia juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dari tahun 1981 hingga 1983 .
Selain itu, Hasjim Djalal juga dikenal sebagai ahli hukum laut internasional dan pernah menjabat sebagai Ketua dan Presiden Otoritas Dasar Laut Internasional. Ia juga merupakan penasehat senior Menteri Kelautan dan Perikanan serta penasehat Kepala Staf TNI Angkatan Laut.
Hasjim Djalal memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, dengan gelar Master of Law dan Doktor dari Universitas Virginia, Amerika Serikat. Ia juga menulis beberapa buku tentang hukum laut internasional, termasuk di antaranya, Indonesian Struggle for the Law of the Sea (1979) dan Indonesia and the Law of the Sea (1995) serta Preventive Diplomacy in Southeast Asia: Lesson Learned (2003).
Setelah pensiun tahun 1994, beliau adalah Profesor di Universitas Padjadjaran (Unpad). ia terus  aktif menulis buku dan artikel di berbagai media serta berbicara di berbagai forum tentang masalah hukum laut internasional. Juga masih sibuk melayani kontak dari kolega-kolega internasionalnya.
Anaknya, Dino Patti Djalal, juga mengikuti jejak ayahnya sebagai diplomat ulung dan pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia dan sebelumnya Dubes RI Washington, D.C. Â AS.