Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... Dosen - DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Shofwan, lahir 12 Desember 1952, Sijunjung Sumatera Barat. Suku Melayu. Isteri Dra. Hj. Imnati Ilyas, BA., S.Pd., M.Pd., Kons. Imnati bersuku Pagar Cancang, Nagari Balai Talang, Dangung-dangung, 50 Kota Sumbar. Shofwan, sekolah SR/SD di Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidayah al-Hidayatul Islamiyah di Sirih Sekapur, 1965. SMP, Jambi, 1968. Madrasah Aliyah/Sekolah Persiapan IAIN-UIN Imam Bonjol Padang Panjang, 1971. BA/Sarjana Muda tahun 1976 dan Drs/Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah IAIN-UIN Imam Bonjol Padang,1982. MA/S2 IAIN-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991. DR/S3 UIN Syarif Hidayatullah-UIN Jakarta, 2008.*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hasjim Djalal Diplomat Ulung

14 Januari 2025   15:34 Diperbarui: 14 Januari 2025   19:57 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasjim Djalal  di tengah  Koordinator CWY-Indonesia Ottawa, 1984 (Foto Dok)


 Tahun-tahun sebelumnya saya mendapatkan orientasi itu waktu participant tahun 1980-1981 dan Group Leader tahun 1982-1983. Waktu itu Lokasi Program di Provinsi Alberta dan Saskatchewan, wilayah Prairie Kawasan tengah Kanada.  Untuk tahun ini, saya harus terbang  ke Kanada, mendahului Tim untuk persiapan pelaksanaan progam lebih jauh dan detail.


Visi program peace for living in one world- hidup berdampingan  damai dalam satu dunia.  Misi program meliputi international community development, intercultural exchange and language learning.  Lalu component program. Preorientation Camp. Community Project Site. Home and Billeting Family. Work Project Placement. Private and Counterpart Voluntary Project. Group Activity Days. Group The Briefing. Team The Briefing. Recreation and Picnic Days. Problem solving. Living in Canadian Family. Hidup di Desa Indonesia. Do and don't-Taboo in Canada and Indonesia. Group discussion.  Counterpart living and working together.
 

Keinginan Menggejuju


Setelah pulang ke Markas di Toronto keinginan membawa Tim ke Ottawa, muncul. Kian hari makin menggejuju (sanat kuat).  Sambil terus bergerak memonitor dan mengevaluasi progam di 3 kota, St. Thomas, Coubourg dan Lindsay, pikiran terus bergejolak.


Dapatkah Tim yang kami pimpin 3 grup (48 orang)  masing-masing 16 orang  Pemuda-i Indonesia-Kanada,  bertemu Dubes Indonesia di Ottawa. Berkunjung ke Ibu Kota Negara Kanada, tentulah menjadi keinginan bagi mereka.


Faktor pendorong kuat saya adalah Tim berlokasi di Provinsi Ontario. Jarak antara Toronto ke Ottawa lebih kurang 450 km. Artinya menggunakan Bus ditempuh sekitar 5-6 jam. Ini biaya lebih murah. Dengan Kereta Api biaya akan lebih mahal.


Saya berunding dengan Simon untuk keinginan itu tanpa memberi tahu peserta. Saya takut kalau diberitahu mereka akan over bahagia dan gembira. Bagaimana kalau gagal? Saya dianggap Koordinator yang tak becus.


Saya kaget. Simon menjawab, belum pernah ada program ke Ottawa apa lagi bertemu Dubes sejak program berlangsung dengan Indonesia 10 tahun sebelumnya.
Di dalam procedure dan program manual (petunjuk) juga tak ditemukan. Saya coba membalik-balik buku hampir setebal bantal itu. Memang tidak ada. Adakah kalimat atau frasa yang bisa ditafsirkan ? Juga tak ditemukan.


"Nah", kata Saya kepada Simon, "bagaimana kalau kita anggap ini sebagai insiatif koordinaor meski di luar manual?. "
"Wah, parah. Dari mana dana kita peroleh  transporatasi, food and lodging--kenderaan, konsumsi dan akomadasi untuk 50 orang?", katanya.
"Kita ambil dari bugget-dana dari Tim?", kata saya. Masing-masing kami berdua mendapat dana untuk hospitality, transportasi, food and lodging serta komunikasi, sebanyak 5 ribu dollar Canada. Itu di luar uang saku-honor-biaya pribadi masing-masing kami. Itu nominal jumlah yang lumayan setiap bulan dari Agustus sampai Desember, periode Kanada.


Sedangkan pada periode Indonesia di Flores NTT, 5 bulan berikutnya, tidaklah sebesar tadi. Di Indonesia dibiayai dari pihak Indonesia melalui Direktorat Pembinaan Generasi Muda pada Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahrraga yang waktu itu berada di Kementerian (Departemen) Depdikbud.
Simon bilang, "kalau uang itu dimanfaatkan apa boleh, karena tak tercantum di dalam manual. Lagian apa cukup. " katanya. Saya bilang, "kan saya menggunakan dana untuk Tim yang 5 ribu dollar itu selalu kurang dan saya gunakan dari dana pribadi, lalu diklaim ke kantor pusat di Montreal. Buktinya selalu di-reemburse, dibayar lagi lunas. "


"Waduh saya tak berani begitu. Kasus kamu hanya kurangnya sedikit, tak mengapa", kata Simon. Saya tahu kalau uang yang 5 ribu itu tak habis oleh saya maka bulan depan akan dikurangi dari 5 ribu itu jatah pengeluaran.
Jadi rupanya ini lebih bersifat at cost kata saya dalam hati. Itu pernah kejadian bulan pertama karena saya anggap uang yang berlebih dan saya hemat akan dapat apresiasi. Ternyata, tidak. Maka bulan sesudah itu saya kreasi berbagai program untuk yang berada di kota St Thomas (di Barat), Coburg (Selatan) dan Lindsay (Timur). Kreasi progam tetap dalam koridor visi dan misi.
"Untuk ongkos ke Ottawa jauh lebih besar, Saya tak berani", tukuk Simon. "Saya yang kontak Montreal, kalau begitu" kata saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun