Pertama, posisi sebagai pimpinan, aktivis atau paling kurang sebagai anggota partai selalu dikaitkan dengan wujud, keberadaan atau eksistensinya sebagai warga Muhammadiyah.
Bagi yang pro politik, ini dianggap keuntungan. Apalqgi kalau tokoh itu berkibar sukses, bagi yang kontra dianggap hal tu merugikan citra Muhammadiyah. Terutama kalau yang bersangkutan "jatuah tapai".
Kedua, tidak selalu setiap tokoh Muhammadiyah yang duduk di Partai mencerminkan ketinggian akhlak politik yang diamanahkan Muhammadiyah dimaksud, sehingga tak jarang menuai buah busuk bagi Muhammadiyah.
Ketiga, konflik kepentingan partai dapat merembes ke dalam Muhammadiyah. Sekedar misal, dalam memposisikan masing-masing kader parpol dalam kepemimpinan Muhammadiyah, atau sebaliknya dan di luarnya.
Keempat, ada pergeseran bahkan pergesekan suka atau tidak suka bagi sesama warga Muhammadiyah.
Kelima, menumbuhkan sikap ambivalen, ambiguitas dan  atau loyalitas ganda sehingga kadangkala kegiatan-kegiatan dalam tugas kepemimpinan internal Muhammadiyah dan amal usaha  ada yang terabaikan.
Keenam, tentu saja pada gilirannya muncul polarisasi dalam pergaulan dan cara berfikir antara keikhlasan dan interest (kepentingan) duniawi.
Di samping masalah-masalah tadi, tentu saja ada keuntungan dan positifikasi penyentuhan warga Muhammadiyah dalam politik praktis. Misalnya, ada penyaluran hasrat bahwa politik adalah medan dakwah strategis untuk amar makruf nahy mungkar. Hal itu dikonsepsikan sebagai subsistem dalam pengamalan Al-Alqur'an (Lihat QS, Ali Imran, 3: 104, 110).
Begitu pula politik dapat memperlicin jalannya kegiatan amal usaha. Bila seorang warga Muhammadiyah duduk di elit Parpol dan menjadi anggota legislatif atau posisi lainnya, maka dapat memperjuangkan kepentingan amal usaha Muhamamdiyah di bidang pendidikan, sarana ibadah, kesehatan, santunan sosial, ekonomi produktif dan sebagainya.
Lebih dari itu, tentu saja keberhasilan di dunia politik dapat memposisikan warga Muhammadiyah menjadi kaum elit, menjadi terpandang di mata sesama warga Muhammadiyah, umat dan masyarakat-bangsa.
Tawaran Rasional