Meskipun bone scan dapat memberikan informasi berharga, biasanya ini bukan satu-satunya alat diagnostik yang digunakan. Diagnosis spondylolisthesis seringkali juga memerlukan pencitraan lain seperti X-ray, CT scan, atau MRI untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai struktur tulang belakang dan jaringan di sekitarnya.
Kesimpulan
Ada hubungan antara spondylolisthesis dengan penebalan ligamentum flavum pada pemeriksaan MRI. Rerata ketebalan ligamentum flavum pada grade I spondylolisthesis sebesar 4.91 mm, sedangkan pada grade II sebesar 6.08 mm. CT Scan dapat menunjukkan taji tulang apapun yang dapat menempel ke tulang punggung dan mengambil ruang di sekitar saraf tulang belakang. CT Scan juga digunakan untuk membantu menyingkirkan diagnosis penyakit lain, seperti osteofit, endplate sclerosis, dan vacuum disc.Â
Korelasi antara ketebalan ligamentum flavum dengan spondylolisthesis pada pemeriksaan MRI dan CT menunjukkan bahwa penebalan ligamentum flavum dapat terjadi pada kasus spondylolisthesis, terutama pada grade II.Â
Hal ini dapat berkontribusi pada kompresi cauda equina dan stenosis spinalis yang dapat menyebabkan disfungsi kandung kemih dan usus. Pada Kedokteran Nuklir, Â dengan bone scan dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi lokasi spesifik dari perubahan patologis di tulang belakang yang dapat menjadi penyebab dari terjadinya spondylolisthesis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H