Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI adalah modalitas pencitraan standar untuk deteksi patologidiskus intervertebralis, karena merupakan teknik non invasif yang dapat mendefinisikan pergeseran corpus vertebra dan kompresi elemen saraf melalui pencitraan bidang aksial dan sagital. MRI juga sangat sensitif untuk mengkonfirmasi dan mengevaluasi diagnosis klinis spondylolisthesis.Â
Kelebihan MRI dibandingkan modalitas pencitraan yang lain adalah kurangnya radiasi yang ditimbulkan, kemampuan pencitraan multiplanar, pencitraan jaringan lunak tulang belakang yangsangat baik dan menunjukkan lokasi yang tepat dari perubahan diskusintervertebralis.
 Sekuen spin-echo dan fast spin-echo dapat digunakanuntuk akuisisi gambar dalam bidang ini. Teknik fat-saturation juga dapatditerapkan untuk meminimalkan sinyal dari lemak dan untuk membawakeluar sinyal dari struktur cairan (misalnya, edema tulang).Â
Sekuengradien-echo juga dapat digunakan, yang memberikan keuntunganakuisisi gambar yang lebih cepat, membatasi masalah yang berkaitandengan gerak. Intensitas sinyal tinggi dapat dilihat pada parsinterarticularis dengan sekuen T2WI (T2 weighted image). Temuan ini menunjukkan adanya cairan, pseudarthrosis, atau edema tulang dariinfeksi. Penyakit degeneratif juga
dapat dilihat. (Simanjuntak,2021).
Penyempitan ruang diskus juga harus dicari yang pada T2WI memberikan intensitas sinyal rendah. Penyempitan diskus ini menyebabkan subluksasi superoinferior pada sendi facet pada tingkat penyakit, sehingga terjadi anterolisthesis atau retrolisthesis. Perubahan sumsum reaktif juga harus dicari, ini terlihat pada corpus vertebra yang berdekatan dengan diskus dan juga dalam sumsum berdekatan dengan sendi facet dan infeksi yang dapat jelas pada intensitas sinyal cairan tampak hiperintense pada T2WI.Â
Penyakit lain yang menyebabkan responsklerotik (misalnya, penyakit Paget) mengakibatkan intensitas sinyal rendah pada semua sekuen dan dapat mengakibatkan intensitas sinyal abnormal pada pars interarticularis. Temuan khas adalah penyempitan signifikan dari cauda equina terkait dengan penyempitan kanalisvertebralis, penebalan dan buckling dari ligamentum flavum, dan hipertrofi facet joint yang berdekatan. Semua faktor ini berkontribusi pada gejala stenosis tulang belakang. (Trilia Kurniati,2016).
Computed Tomography (CT)
CT tulang belakang dapat dilakukan dengan atau tanpa contrasenhancement intratekal. Gambar aksial diperoleh dari bidang sejajardengan ruang diskus pada setiap level yang dicitrakan. Rekonstruksi gambar sagital juga diperoleh dengan menggunakan
pengolahan pasca-akuisisi perangkat lunak.Â
Bone window (misalnya, 1.500/ 300 HU) dan soft tissue window (misalnya, 300/ 30 HU) adalah pengaturan yang digunakan. CT menunjukkan alignment dari facet joint dan perubahan degeneratif. Pergeseran asimetris dari facet menyebabkan rotasi komponen pada spondylolisthesis tersebut.Â
CT juga sangat baik untuk tindak lanjut evaluasi penyembuhan, untuk menyingkirkan lesi lain (misalnya, osteoid osteoma) ketika ada presentasi atipikal, dan untuk perencanaan bedah pada kasus
vertebra displastik atau hubungan anomali.