Di Jepang pada tahun 2019, diketahui ada 72 orang pelaku hikikomori yang dilaporkan meninggal dan sebelumnya mereka menolak bantuan dari pekerja sosial setempat yang mengunjungi dan menawarkan bantuan kepada mereka.Â
Bukan soal kemalasan
Mungkin kita berpikir mereka adalah orang-orang yang malas. Namun investigasi mendalam akan fenomena ini memperlihatkan bahwa hikikomori bukanlah soal kemalasan.Â
Dari dokumenter NHK, diketahui pelaku hikikomori hampir semuanya pernah bekerja. Salah seorang hikikomori yang telah meninggal sempat mempunyai beberapa pekerjaan sebelum kemudian memutuskan hidup mengisolasi diri. Bahkan banyak di antaranya sebelumnya adalah pekerja keras.Â
Sang kakak mengetahui dari beberapa catatan dan tulisan di rumah adiknya yang telah meninggal tersebut bahwa sang adik telah berusaha keras dan serius selama masa ia bekerja. Namun pekerjaan 'sales' yang dijalaninya tampaknya tidak sesuai dengan jiwa sang adik, yang kemudian berpindah pekerjaan menjadi petugas rekam medis kesehatan. Namun pekerjaan barunya dengan jam kerja yang panjang membuat kesehatan adiknya itu terganggu sehingga tidak dapat lagi bekerja.Â
Pelaku hikikomori lainnya adalah seorang yang tadinya pernah bekerja bahkan pernah melakukan perjalanan internasional ke luar negeri, sebelum kemudian berhenti bekerja karena sakit. Setelah empat dekade mengisolasi diri, ia meninggal dan di rumahnya ditemukan makanan terakhirnya adalah nasi dengan taburan bumbu instan. Ia meninggal tidak lama setelah ibu yang merawatnya meninggal. Diduga selama lima hingga sepuluh hari, ia tidak makan apapun.Â
Tekanan hidup dan rasa rendah diri
Dari beberapa kesaksian mereka yang melakukan hikikomori dan masih hidup dari dokumenter ini, dapat disimpulkan orang-orang yang melakukan hikikomori memiliki semangat hidup yang rendah karena berbagai faktor.Â
Tidaklah heran mereka pun rentan dengan perilaku bunuh diri. Perasaan tidak berharga dan merasa lelah dengan hidup membuat mereka memikirkan ide bunuh diri.Â
Sesungguhnya mereka rindu untuk bisa berinteraksi dengan orang lain, namun mereka membutuhkan keberanian luar biasa untuk hal tersebut. Hal ini diketahui dari salah satu surat yang ditulis oleh pelaku hikikomori yang ditemukan setelah yang bersangkutan meninggal dunia.Â
Sulit bagi pelaku hikikomori untuk menemukan seorang teman di mana mereka dapat berbicara. Seorang pekerja sosial yang pernah berinteraksi dengan pelaku hikikomori yang sudah meninggal ini mengatakan mereka butuh seseorang yang dapat menerima mereka.Â