“Ini baunya enak, Nak,” kata seorang ibu kepada anaknya sambil menyodorkan sebuah sabun batang dengan aroma mawar. Anak pun belajar bahwa aroma bunga mawar itu menyenangkan.
“Petenya harum sekali,” kata ibu kepada anaknya. Anak pun belajar bahwa pete adalah makanan yang wangi dan mau mencobanya walaupun awalnya anak merasa asing dengan aroma tersebut.
Sedangkan untuk hal-hal tertentu, anak belajar bahwa benda itu bau, misalnya rokok, sampah, gigi yang tidak disikat, baju yang tidak dicuci, dan lain-lain.
Dalam sebuah siniar di kanal YouTube X-Undercover, dokter ahli forensik Djaja Surya Atmaja mengatakan bahwa dia adalah salah satu manusia yang mampu mencium bau sianida.
Dilansir dari MedicalNewsToday, tidak semua orang mampu mencium sianida. Hanya sekitar 60 persen manusia dapat mencium aroma pahit dan seperti almond dari sianida.
Dokter Djaja mengatakan agar dirinya mengetahui suatu mayat mengandung sianida atau tidak, ia tidak boleh berada di dalam ruangan ketika mayat tersebut dibedah untuk diotopsi. Dia harus berada di luar ruangan jenazah tersebut untuk menghirup udara yang segar sehingga ketika ia kemudian masuk ke dalam dia akan dengan mudah mengetahui aroma-aroma yang janggal dari jenazah tersebut, apakah bau sianida, baygon, dan lain-lain.
Faktor Lain yang Menggangu Penciuman
Indra penciuman kita juga dapat berkurang kepekaannya bila kita sakit. Pada penderita flu, sinusitis, dan rhinitis terjadi peradangan pada jaringan selaput sinus yang terletak di sekitar tulang wajah.
Peradangan ini dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan mencium yang disebut dengan anosmia.
Adanya massa atau benjolan pada hidung juga dapat mengganggu penciuman. Ketika peradangan atau benjolan itu hilang,maka penciuman akan pulih kembali.
Masih ingat Covid-19? Beberapa penderita infeksi SARS-CoV-2 juga mengalami anosmia yang muncul sekitar 2-14 hari setelah terpapar virus Corona. Berapa lama anosmia ini sembuh berbeda-beda pada setiap orang.