Mohon tunggu...
Shintia Nursaleha
Shintia Nursaleha Mohon Tunggu... Novelis - Profil pribadi

Dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mempelai Pengganti

7 Oktober 2020   00:17 Diperbarui: 7 Oktober 2020   00:23 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajudan itu mengambil ponsel di saku jasnya. Dia seperti membuka sebuah aplikasi. Ditunjukannya sebuah foto disana. Tertampak seorang laki-laki berparas tampan dengan kulit putih. Dari raut wajahnya dia memang orang baik-baik.

"Ini salah satu karyawan yang magang di Kantor kita, Nyonya. Namanya Damar. Dia salah satu Mahasiswa dengan nilai terbaik universitas terkemuka di Kota ini, Nyonya."

"Bagus. Bagaimana latar belakang keluarganya?"

"Dia yatim piatu, membiayai satu adik perempuan yang masih SMA."

Sepertinya Nyonya Murti semakin tertarik lagi. Sekelebat rencana muncul dibenaknya.

"Bagaimana mungkin dia kuliah sambil membiayai adiknya?"

"Dia mendapat beasiswa, Nyonya. Selama ini dia kerja paruh waktu."

Sesaat hening. Nyonya Murti seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Bawakan dia untuk jadi mempelai pengganti besok pagi. Katakan padanya aku akan berikan jabatan tertinggi di perusahaanku. Usahakan kau belikan pakaian yang terbagus untuknya. Bila perlu beli semua pakaian termahal di Kota ini untuknya. Sempurnakan penampilannya. Aku tak mau acara ini mempermalukan nama baik keluargaku. Jangan sampai ada yang tau kalo dia dari keluarga biasa. Aku akan dua kali lipatkan gajihmu jika dia sesuai dengan apa yang kau katakan. Tapi jika dia mengecewakan, maka kau akan tau akibatnya!" Mata itu menyorot dengan tajam memberikan hawa dingin kepada siapa saja yang menatapnya. "Lakukan tugasmu dengan baik! Kalian semua, jangan sampai ada yang tau mengenai hal ini. Jika sampai bocor, nyawa kalianlah yang akan menjadi taruhannya!"

Nyona Murti berlalu seiring dengan mengangguknya para ajudan itu.

Sementara hujan dan petir diluar masih terus menggelegar dilangit sana. Nyonya Murti mendongak demi menahan air matanya. Bagaimanapun ia harus selalu berusaha kuat dihadapan semua orang, sehingga memaksanya untuk tetap tahan dalam kepura-puraan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun