Sebagai penjaga pintu, Dwarapala ini memiliki beberapa ciri yang khas, antara lain digambarkan dengan rambut yang keriting kemudian dibentuk sanggul yang dihiasi dengan  mahkota (jamang).Â
Pada telinga arca ini terdapat anting-anting yang umumnya berbentuk bulat. Raut wajah Dwarapala ini digambarkan dengan seram dan berwujud raksasa. Mata arca ini juga digambarkan melotot dengan kumis yang agak tebal dan dilengkapi dengan taring panjang serta senyuman tipis. Hal tersebut akan menjadikan Dwarapala terlihat berwibawa sehingga orang yang melihat arca tersebut akan takut sehingga hati-hati untuk melewatinya.Â
Sedangkan raut muka yang seram ini memiliki makna keduniawian dan pengusiran roh jahat walaupun ada juga Dwarapala yang dibuat dengan raut muka yang tidak seram (dengan senyuman), akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi kewibawaan dari arca Dwarapala.Â
Arca ini digambarkan dengan posisi berlutut, yaitu dengan posisi kaki kiri di bawah untuk tumpuan dan kaki kanan ditekuk sehingga tampak dari arah depan. Tangan kiri Dwarapala ini memegang gada yang disandarkan pada tanah dan tangan kanan membawa naga pasa (tali yang berkepala ular).Â
Selain itu, arca ini memiliki atribut kalung, gelang bahu (klat bahu), gelang tangan, dan juga tali kasta (upavita). Â Dwarapala ini juga digambarkan memakai pakaian yang berupa kain panjang yang kemudian ditarik ke atas dan ujungnya diselipkan pada ikat pinggang. Oleh karena itu, nantinya jika dilihat dari depan dan belakang arca akan tampak kain yang jatuh dengan lipatan yang teratur.Â
Kemudian terdapat kain yang dibuat seperti celana yang menutupi bagian bawah dengan cara dililitkan pada tubuh Dwarapala. Hiasan pada arca ini dilengkapi dengan hiasan menjuntai pada bagian depan sehingga akan tampak bagus jika digunakan saat berjalan.Â
Pada bagian belakang ikat pinggang, arca ini menyelipkan pisau sebagai senjata (Sarjanawati, 2010). Atribut yang dikenakan oleh Dwarapala ini memiliki makna dunia manusia dan juga dunia dewa. Akan tetapi, atribut pada Dwarapala ini bisa berbeda-beda antara satu arca dengan arca yang lain.
Bentuk dari Dwarapala ini bermacam-macam, misalnya di Indonesia ada yang berbentuk Bhairawa dan Nandi Bhairawa. Penggambaran Bhairawa tersebut tetap berwajah seram seperti raksasa, memiliki tangan dengan jumlah empat yang sedang memegang ular, dan digambarkan dengan trisula (sula), gada, serta mangkuk minum (pana-patra). Sedangkan jika Nandi Bhairawa ini digambarkan dengan wajah seram seperti raksasa yang memiliki empat tangan memegang tali (pasa) dan khatvanga.Â
Dwarapala di Masa Kini
Pada masa kini, Dwarapala masih sering digunakan untuk fungsi yang sama seperti pada Masa Klasik, yaitu sebagai penjaga pintu atau gerbang. Misalnya, hal tersebut masih tampak jelas di wilayah Bali yang notabene memang masyarakatnya masih memeluk agama Hindu (Siwa). Terkadang Dwarapala yang ada di Bali ini diberi kain poleng yang berwarna hitam dan putih sebagai hiasan. Dalam budaya Bali, Dwarapala ini digambarkan sepasang yang memiliki makna filosofis yang sangat mendalam.Â
Biasanya, arca Dwarapala ini ditemukan pada bangunan peribadatan seperti pura, puri, pelinggih, kori agung, dan bangunan suci lainnya. Alasan arca ini ditempatkan pada bangunan suci adalah agar manusia sebelum masuk ke tempat suci ini dapat meninggalkan sifat-sifat keduniawian dan juga agar bangunan suci tetap terjaga.Â