Mohon tunggu...
Shinta Tri Yuliasari
Shinta Tri Yuliasari Mohon Tunggu... -

It's better to try, rather than not doing anything. Keep fighting till the end!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gudang Terlarang (Bag. 3)

17 Maret 2014   22:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Satu minggu kemudian, Airin mulai berangkat kerja seperti biasa. Tapi, sepertinya ada yang lain. Suaranya masih serak. Dan senyumannya terasa palsu. Saat dia tersenyum, giginya terlihat memang, tapi matanya tetap tajam. Tidak menjadi kecil seperti ekspresi senyuman Airin yang biasanya. Aku jadi takut padanya. Setiap menanyakan sesuatu, pasti Airin akan menatap tajam padaku.


Andre sepertinya juga merasakan perbedaan ini. Seperti, jiwa Airin tertukar dengan jiwa dari sesuatu yang jahat. Andre mulai menyadari ini kemarin. Saat Andre memberikan file produk baru ke Airin, Airin sempat menatapnya seakan memberikan peringatan bahwa apa yang dilakukan Andre sangat mengganggunya. Kalau yang ini bukan Airin yang sebenarnya, lalu Airin yang asli dimana?


Misteri ini masih belum terpecahkan. Sudah satu minggu lamanya sejak Airin masuk kerja. Kerjanya lancar memang, tapi sikapnya masih aneh. Sampai sekarang, Airin masih tidak mau makan siang denganku dan Andre. Dia lebih suka makan siang sendirian di dalam gudang. Padahal, mengingat bau aneh yang dihasilkan di dalam gudang itu, jangankan untuk makan, untuk bernafas saja sulit.


Aku penasaran. Dan akhirnya hari itu aku memutuskan untuk mengikuti Airin makan siang di gudang. Tak lupa, aku bawa serta Andre. Ya, kita kan soulmate. Sama-sama penakut. Itu sebabnya aku butuh dia.


Airin melihat ke kanan dan kiri sebelum masuk ke gudang. Mungkin dia tidak ingin ada yang mengikutinya kesana.

"Pintunya ditutup, bagaimana ini?" tanyaku ke Andre.

"Itu." kata Andre sambil menunjuk ke lubang ventilasi di atas pintu.

"Siapa yang naik?"

"Ya tentu saja kamu. Aku kan laki-laki. Aku lebih kuat,"

"Ah... Jangan-jangan modus. Kamu ingin melihat daleman rok yang aku pakai kan?"

"Seleraku tinggi. Maaf saja. Lalu, mau kamu bagaimana? Aku yang di atas?"

"Mana bisa begitu. Aku kan wanita. Pakai itu saja," kataku sambil menunjuk ke arah bangku di luar gudang. "Kita bisa naik bersama dengan ini,"


Aku dan Andre mulai melanjutkan misi kami untuk memata-matai Airin palsu. Di dalam gudang, terlihat Airin sedang berdiri membelakangi kami. Dia seperti berdebat dengan seseorang, lalu tertawa cekikikan. Menakutkan. Ekspresi mukanya berubah.


"Sudahlah. Hidup seperti ini sangat menyenangkan. Kamu tidak usah lagi menggangguku. Aku tidak akan mengembalikan tubuh ini padamu!" kata Airin palsu.

Tunggu. Mengembalikan tubuh ini? Apa benar kalau jiwa yang sekarang ada di tubuh Airin adalah sesuatu yang lain?

"Percuma juga! Yang bisa melihat kamu cuma aku. Teman-temanmu itu, benar-benar tidak berguna. Setiap hari hanya menggangguku saja. Apa mereka tidak sadar juga. Kalau keberadaan mereka di sini pun, aku bisa merasakannya..." kata Airin sambil melihat ke arahku dan Andre. Badannya masih membelakangi kami tapi kepalanya bisa diputar dan melihat tajam ke arah kami.


Astaga! Aku dan Andre meloncat dari bangku dan mulai berlari sekuat tenaga. Makhluk apa yang ada di tubuh Airin sekarang? Lalu, apa yang diajak bicara Airin palsu tadi adalah Airin yang asli? Jiwanya masih ada, berarti ada kemungkinan dia masih bisa diselamatkan. Tapi, untuk sekarang, lari dulu saja!


Airin tidak berangkat kerja hari ini. Apa yang bisa aku lakukan? Aku takut. Tapi aku ingin Airin kembali seperti semula. Airin yang selalu tersenyum manis pada siapapun.


"Sst... Shireen,"

Ada yang memanggilku? Tapi tak ada siapapun di sini. Kebetulan pagi itu hanya aku dan Airin yang bertugas jadi praktis divisi kami kosong sejak Airin tidak berangkat kerja sekarang.

"Sst... Shireen,"

"Aduh. Suara siapa ya? Aku orang penakut. Tolong jangan main-main atau aku akan pingsan sekarang juga,"


Komputer di mejaku seketika membuka program word. Ada tulisan terpampang di sana, 'SHIREEN, INI AIRIN'. Aku pingsan.


Andre sepertinya menemukanku tak berdaya di lantai, lalu mulai mengangkatku ke sofa untuk istirahat.

"Kamu kenapa? Sakit?" tanya Andre.

"Aku bermimpi aneh. Tadi program word milikku bisa mengetik sendiri. Pasti ada yang mengerjaiku."

"Serius? Ah... Cuma mimpi mungkin,"

"Serius! Tulisannya, Shireen, ini Airin. Begitu. Andre, aku takut,"

"Apalagi aku. Kantor kosong hari ini. Percaya atau tidak, hanya ada kita berdua sekarang,"

"Memang kemana semua orang?"

"Aku tidak begitu yakin soal itu. Saat pagi aku kesini, kantor ramai seperti biasa,"

"Kamu tidak bohong kan?"

"Untuk apa juga aku bohong. Aku kira, sudah tidak ada siapapun di sini. Lalu tadi aku melihat kamu tergeletak di lantai. Mana sini, coba aku lihat program word milikmu. Benar ada tulisan tidak. Aku jadi penasaran."


Benar saja. Saat Andre melihatnya. Tulisan itu masih ada. Dan tiba-tiba, layar menuliskan kata-kata lagi. 'TOLONG AKU. AKU DISEKAP DI GUDANG. BANTU AKU MENDAPATKAN TUBUHKU LAGI. AIRIN YANG SEKARANG BERBEDA. ITU BUKAN AKU. AKU AIRIN ASLI.' Aku dan Andre saling melihat, lalu kami pingsan bersama.


"Sekarang bagaimana?" tanyaku setelah kami sama-sama sadar dari pingsan.

"Aku juga tidak tau."

"Bagaimana tubuh Airin bisa dimasuki makhluk lain? Apa bisa kita tanyakan ke Airin langsung?"

"Bagaimana caranya,"


Sebelum kami menemukan caranya, word di komputerku mulai menunjukkan tanda-tanda akan mengetik sendiri lagi. 'AKU MENYENTUH PENTAGRAM DI GUDANG. WAKTU ITU, AKU HANYA INGIN SEKALI MENYENTUHNYA. TAPI TERNYATA SEKETIKA, AKU SUDAH KELUAR DARI TUBUHKU SENDIRI. AKU BISA MELIHAT TUBUHKU SENDIRI. DAN YANG KALIAN BAWA KELUAR GUDANG WAKTU ITU, ITU BUKAN AKU. TOLONG AKU.'


"Jangan pingsan," kataku kepada Andre yang terlihat berkunang-kunang.

"Baiklah,"

"Bagaimana jika Airin palsu kita paksa untuk menyentuh pentagram yang sama? Bukankah jiwa Airin akan bisa kembali ke tubuhnya yang asli?"

"Tapi bagaimana bisa kita memaksa Airin palsu untuk menyentuh pentagram? Dimana keberadaannya sekarang saja, kita tidak tau,"


Tiba-tiba pintu terbuka. Brak! Kami berdua berteriak kompak, "Itu Airin! Yang palsu!!"


*to be continued*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun