"Mana bisa begitu. Aku kan wanita. Pakai itu saja," kataku sambil menunjuk ke arah bangku di luar gudang. "Kita bisa naik bersama dengan ini,"
Aku dan Andre mulai melanjutkan misi kami untuk memata-matai Airin palsu. Di dalam gudang, terlihat Airin sedang berdiri membelakangi kami. Dia seperti berdebat dengan seseorang, lalu tertawa cekikikan. Menakutkan. Ekspresi mukanya berubah.
"Sudahlah. Hidup seperti ini sangat menyenangkan. Kamu tidak usah lagi menggangguku. Aku tidak akan mengembalikan tubuh ini padamu!" kata Airin palsu.
Tunggu. Mengembalikan tubuh ini? Apa benar kalau jiwa yang sekarang ada di tubuh Airin adalah sesuatu yang lain?
"Percuma juga! Yang bisa melihat kamu cuma aku. Teman-temanmu itu, benar-benar tidak berguna. Setiap hari hanya menggangguku saja. Apa mereka tidak sadar juga. Kalau keberadaan mereka di sini pun, aku bisa merasakannya..." kata Airin sambil melihat ke arahku dan Andre. Badannya masih membelakangi kami tapi kepalanya bisa diputar dan melihat tajam ke arah kami.
Astaga! Aku dan Andre meloncat dari bangku dan mulai berlari sekuat tenaga. Makhluk apa yang ada di tubuh Airin sekarang? Lalu, apa yang diajak bicara Airin palsu tadi adalah Airin yang asli? Jiwanya masih ada, berarti ada kemungkinan dia masih bisa diselamatkan. Tapi, untuk sekarang, lari dulu saja!
Airin tidak berangkat kerja hari ini. Apa yang bisa aku lakukan? Aku takut. Tapi aku ingin Airin kembali seperti semula. Airin yang selalu tersenyum manis pada siapapun.
"Sst... Shireen,"
Ada yang memanggilku? Tapi tak ada siapapun di sini. Kebetulan pagi itu hanya aku dan Airin yang bertugas jadi praktis divisi kami kosong sejak Airin tidak berangkat kerja sekarang.
"Sst... Shireen,"
"Aduh. Suara siapa ya? Aku orang penakut. Tolong jangan main-main atau aku akan pingsan sekarang juga,"