Mohon tunggu...
Shinta Kristianti
Shinta Kristianti Mohon Tunggu... Dosen - Bidan, Dosen, Mahasiswa Program Doktoral Kesmas Universitas Sebelas Maret

Menulis untuk peradaban, mewariskan ilmu pengetahuan, memanjangkan umur (Dr. Argyo Dermatoto)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Aku Sudah Tahu Rasanya Minum yang Manis, Ah Rasanya Cuma seperti Itu!

2 Oktober 2022   00:21 Diperbarui: 6 Oktober 2022   02:35 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman manis dengan kandungan tinggi gula sebesar 62.02%, serta penduduk di wilayah pedesaan memiliki kebiasaan sebesar 60,37%.

Lantas apakah jika kita tidak tinggal di wilayah provinsi yang saya sebutkan diatas sudah aman? Oh...tentu tidak, semua wilayah di Indonesia memiliki kebiasaan minum minuman manis yang mengandung tinggi gula dengan proposi yang berbeda-beda.

Minum minuman manis sepertinya sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak jaman penjajahan. Industri gula di Indonesia ditengarai oleh perkembangan perkembangan tebu pada jaman kolonial, yang terkenal dengan sistem tanam paksanya, model pertanian tebu tersebut akhirnya juga dikembangkan di luar Jawa setelah tahun 1862. 

Pulau Jawa menjadi produsen gula terbesar di dunia pada abad ke 19 dengan jumlah pabrik gula pada saat itu mencapai 200 pabrik tersebar seantero pulau Jawa.

Apakah orang indonesia terbiasa minum kopi tanpa gula? Apakah orang Indonesia terbiasa minum teh tanpa gula?

Jika lupa menuangkan gula pada kopi panas yang dibuat, alhasil...ketika meminumnya pasti  akan berteriak-teriak kepahitan...hehehe... Artinya, kita sebagai orang Indonesia tidak terbiasa minum tanpa gula.

Atau ketika kita disuguhi secangkir teh panas yang harum ketika bertamu ke seorang relasi, baru meminum seteguk teh panas yang dihidangkan oleh si empunya rumah, dalam hati pasti akan membatin....duh..kayaknya gulanya lupa belum di tuang ke cangkir, akhirnya secangkir teh yang dihidangkan tidak habis diminum, pasti kita dianggap tamu yang kurang menghargai.

Lalu bagaimana dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki? Ketika sang suami mau berangkat kerja di pagi hari sudah disiapkan secangkir kopi oleh istrinya, jika kurang manis pasti akan berkomentar, misalnya seperti ini, "Dek....uang belanjanya apa sudah habis? Kog kopinya hari ini pahit?" 

Artinya apa? Sang suami tersebut tidak suka kalau kopi itu pahit ya...hehehe... Nanti ketika Sang suami pulang kerja di sore hari, sang istri tercinta pasti sudah menyiapkan secangkir kopi atau pun teh manis lengkap dengan hidangan pelengkapnya, misalnya pisang goreng yang masih hangat....wah...indah banget yaa...hehhee. 

Ini hanya contoh, jika tidak setuju boleh berkomentar di kolom komentar heee. Artinya kaum laki-laki memang akan lebih banyak minum minuman yang manis, mungkin sang istri akan menemani makan minum teh manis di sore hari, artinya kaum perempuan juga akan makan minum manis.

Bagaimana dengan yang tinggal di perkotaan atau di pedesaan? Tidak dapat dipungkiri bahwa industri minuman manis dalam bentuk kaleng, botol maupun dalam kemasan yang lain akan lebih mudah ditemukan di toko/gerai minuman yang tersebar di seluruh penjuru kota, apalagi ada banyak penyedia jasa antar melalui aplikasi telepon genggam, akan lebih sangat mudah bukan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun