"Yah, Bu. Ada roti yang jatuh. Jadi yang tinggal 11 buah, Bu. Maaf ya, Bu."
"Tidak apa-apa, Pak. Seadanya saja". Kata pembeli.
"Tolong Aku, teman-teman". Teriak sekencang apapun, mereka tidak akan mendengar suara Si Roti Coklat.
"Si Roti Coklat terjatuh. Itu balasan atas perbuatanmu terhadap Si Roti Abon".
Si Roti Coklat hanya bisa meratapi nasibnya, Dia melihat pembeli itu sedang memakan teman-temannya dengan lahap. Dia juga ingin dimakan.
"Apakan ini hukuman karena aku iri dan benci dengan Si Roti Abon?"
Ketika Si Roti Coklat tiba di tempat sampah, Dia bertemu dengan Si Roti Abon yang tadi didorongnya. Karena malu bentuk tubuhnya yang sudah gepeng, Si Roti Coklat menghindar agar Si Roti Abon tidak mengetahuinya.
Keesokan harinya, Pemilik Toko menerapkan pembelian paket roti abon dan coklat, ddaengan begitu roti coklat dapat laku terjual begitu juga dengan roti abon. Andaikan Si Roti Coklat bersabar sehari saja dan tidak iri dengan Si Roti Abon, mungkin mereka sekarang bisa bersahabat dan hidup berdampingan dengan rukun.
"Hey Roti Coklat. Keadaanmu lebih buruk dariku sekarang, meskipun Aku jatuh, Aku tidak terinjak sepertimu. Semoga kejadian ini menyadarkanmu ya!" Teriak Si Roti Abon ketika Dia melihat Si Roti Coklat berusaha menghindari dirinya.
By : SHINTA TRI ANANDA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H