Mohon tunggu...
Shinta Amanda
Shinta Amanda Mohon Tunggu... Lainnya - umum

sukses ada di tangan mu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas

3 November 2020   19:19 Diperbarui: 3 November 2020   19:30 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan, pada Era Reformasi gerakan perempuan mencapai berbagai kemajuan sekaligus juga kemunduran bersifat benar dan salah pada saat yang bersamaan. Salah satu pencapain dalam gerakan perempuan adalah melindungi hak-hak perempuan dalam upaya membebaskan dalam tindak kekerasan. 

Dampak dari kekerasan perempuan diantaranya, kekerasan seksual, pengucilan dari komunitas, penurunan kesehatan dan gangguan jiwa, kehilangan akses ekonomi, kehilangan hak untuk berkeluarga, kehilangan status kependudukan.

Di sisi lain juga banyak sejumlah pria yang ikut menyuarakan dan mendukung gerakan perempuan, baik secara politik maupun sosial, terutama dukungan terhadap gerakan pembebasan perempuan dan ketidakadilan gender, khususnya pencegahan kekerasan terhadap perempuan. Gerakan ini menyadari bahwa sistem ini tidak hanya merugikan perempuan, 

namun juga merugikan para laki-laki, karena sistem ini lebih menuntut laki-laki untuk menunjukkan agresivitas dengan sisi maskulinnya, seperti kehalusan dan perasaan sedih. Suara pria dalam menyuarakan gerakan ini sangatlah penting karena perjuangan penghapusan diskriminasi tersebut tidaklah ringan. Karena itu, peran pria dalam perjuangan penegakkan hak-hak perempuan dan penghapusan diskriminasi terhadapnya sangat dibutuhkan sebagai sebuah ikhtiar menuju masyarakat yang setara dan adil bagi semua.

Pada bab terakhir ini penulis juga mendeskripsikan tentang keperawanan dalam perspektif islam. Dalam islam perbincangan mengenai keperawanan ada tiga perspektif, yaitu Pertama, status seorang perempuan yang sudah menikah atau janda. Perempuan yang masih perawan memiliki nilai jual yang tinggi dibanding seorang janda, nilai jual yang tinggi itu adalah mas kawin yang diberikan oleh laki-laki. Kedua, menghindari zina di luar nikah. 

Dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Israk ayat 32 " Janganlah kamu mennghampiri zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang terburuk". Ketiga, konstruksi "harga" bagi seorang perempuan dalam perspektif masyarakat partriakis. Bagi masyarakat partriakis, keperawanan menjadi titik tolak utama dalam mempertimbangkan perkawinan maupun perceraian. Dalam masalah keperawanan, perempuan selalu dalam posisi yang disalahkan. Banyak laki-laki yang memilih lebih memilih perempuan yang selaput darahnya yang masih utuh dibanding tertarik dengan kepribadiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun